Kamis 11 Jun 2020 00:16 WIB

Menguji Dunia Olahraga dengan Protokol Kesehatan

Bergulirnya lagi kegiatan olahraga akan disertai ketatnya protokol kesehatan

Agung Sasongko
Foto: Dok. Pribadi
Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Agung Sasongko*

Ketika memulai tulisan ini, sejumlah kemajuan penting telah diperoleh dalam upaya penanganan Covid-19. Normal baru sudah ada di depan mata, entah kita harus  menyambutnya dengan bahagia atau waspada.

Belakangan dunia olahraga sudah mulai melanjutkan liga yang sempat tertunda. karena covid-19. Liga Jerman sudah memulai sepekan kemarin. Sementara Serie A Italia dan La Liga Spanyol dijadwalkan bergulir pertengahan bulan ini. Demikian pula Liga Primer Inggris akan kembali mengaum bulan ini.

Pihak penyelenggara terus menyempurnakan bagaimana protokol kesehatan itu berjalan. Bahkan terpikir pula akan membuat suara gemuruh suporter melalui audio di stadion.

Bisa dikatakan inilah masa transisi sepak bola. Adaptasi baru, serba baru. Yang menarik perhatian saya adalah sejauh mana protokol kesehatan dapat diberlakukan secara ketat. Selama vaksin belum ditemukan maka protokol kesehatan harus dijalankan secara ketat.

Petenis nomor satu dunia, Novak Djokovic mengakui, protokol kesehatan inilah yang membuatnya cemas. Seperti dialaminya saat hendak mengikuti US Open.

Djokovic mengungkapkan peserta kejuaraan akan ditempatkan di hotel sekitar bandara. Mereka tidak diberikan akses ke pusat kota, serta harus menjalani beberapa kali tes Covid-19 tiap pekan. Tiap peserta juga hanya diperbolehkan membawa satu orang staf saja.

Bundesliga pun punya protokol kesehatan yang cukup ketat. Mulai dari perubahan pola latihan, jaga jarak di ruang ganti hingga urusan mandi.  Ketika laga berjalan, semua pemain dan staf diawasi ketat dan dites paling sedikit satu kali dalam seminggu. Setiap tim jalani karantina tujuh hari sebelum laga dimulai.

Di stadion, para pemain diminta mengambil rute berbeda, baik sebelum //kick-off, pemanasan, dan pergantian pemain.  Tidak boleh ada antrean, dilarang berjabat tangan, duduk antar kursi harus dipisahkan dengan kursi kosong, dan awak peliput televisi dipangkas lebih sedikit dari biasanya. Usai laga, konferensi pers berlangung terbatas.

"Basisnya adalah penciptaan konsep yang mendefinisikan syarat-syarat higienis, medis, dan organisasi. Ini wajib diterapkan sebelum dan selama mulainya lagi latihan tim dan sepanjang kompetisi," kata CEO DFL Christian Seifert dalam laman Bundesliga.

Mudahkah? Tentu saja tidak. Pada laga awal Bundesliga beberapa pemain melakukan pelanggara protokol kesehatan yang ditetapkan. Kejadian pertama berlangsung dalam lawatan Borussia Moenchengladbach ke kandang Eintracht Frankfurt di Commezbank-Arena. Striker tim tamu, Marcus Thuram, mencium pipi rekannya saat melakukan selebrasi seusai mencetak gol. Hal serupa dilakukan pemain Hertha Berlin, Dedryck Boyata, dalam perayaan gol ke gawang Hoffenheim.

Di Inggris, sejak program tes dilakukan, Liga Premier telah melakukan tes sebanyak 6.274 tes dengan hasil 13 positif dan 6.261 negatif. Dalam protokol yang ditetapkan, mereka yang dinyatakan positif diwajibakn untuk tak bergabung dengan tim selama 14 hari. Tes akan terus dilakukan oleh Liga Premier dua kali dalam seminggu.

Wali Kota London Sadiq Khan yang paling cemas soal ini. Di kota yang dipimpinnya memiliki banyak klub sepak bola di liga.  Ia pun menyuarakan kekhawatirannya soal dimulainya kembali Liga Primer Inggris. Kompetisi sepak bola papan atas di Inggris akan dimulai kembali pada 17 Juni, sehingga Project Restart akan semakin jadi kenyataan.

Khan sadar tidak ada yang lebih menghibur bagi fan sepak bola dibandingkan dengan menonton pertandingan. Walaupun hanya di TV tidak di stadion. Namun, ia minta jangan sampai dimulainya kompetisi jadi peluang adanya penyebaran virus. Ia mencemaskan ada saja dari penggemar atau suporter yang ingin mendengarkan atmosfer di dalam stadion saat pemain beraksi, meski mereka tak diizinkan masuk. Atau mungkin sekadar melihat pelatih keluar dari stadion, membeli jersey hingga scarve. Segala kemungkinan itu kata Khan perlu diantisipasi.

Apa yang khawatirkan Khan adalah ujian sesungguhnya dalam menjalani protokol kesehatan. Keinginan atau adrenalin harus dibatasi oleh protokol kesehatan. Satu hal yang benar-benar baru, dahulu suporter sepak bola begitu dimanjakan dengan ragam kemasan. Kini, kenikmatan itu harus dibatasi. Tentu bukan hal mudah. Bukan yel-yel menggema tapi imbauan jaga jarak, pakai masker, dan cuci tangan.

*) penulis adalah jurnalis republika.co.id

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement