Rabu 10 Jun 2020 22:13 WIB

Unhas Buat Alat Pembersih Aerosol Pencegah Covid-19

Alat bernama E-MAGIC dapat menyerap buangan aerosol sekaligus membunuh virus.

Dokter gigi menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) saat memeriksa pasien di salah satu klinik gigi di Jakarta, Rabu (22/4/2020). Penggunaan APD tersebut untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19 dan menjadi Standar Operasional Prosedur (SOP) pemeriksaan gigi saat pandemi
Foto: Rivan Awal Lingga/ANTARA
Dokter gigi menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) saat memeriksa pasien di salah satu klinik gigi di Jakarta, Rabu (22/4/2020). Penggunaan APD tersebut untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19 dan menjadi Standar Operasional Prosedur (SOP) pemeriksaan gigi saat pandemi

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Fakultas Kedokteran Gigi bersama Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar menghasilkan inovasi teknologi kesehatan yang diberi nama E-MAGIC (Extraoral Mobile Aerosol Guide Channel) versi UH1 untuk mengatasi COVID-19. Ketua Tim E-Magic Unhas Muh Ansar menjelaskan alat ini dapat menyerap buangan aerosol, membunuh bakteri dan virus, kemudian memprosesnya kembali menjadi udara bersih.

“Keunggulan alat kami adalah biaya pembuatan relatif sangat murah dibandingkan produk sejenis yang umumnya masih kita impor. Selain itu, kemampuan alat ini setara dengan mesin-mesin sejenis. Alat ini sangat dibutuhkan oleh tenaga medis, terutama dalam bidang kesehatan gigi,” kata Ansar dalam acara perkenalan E-magic kepada Rektor Unhas.

Baca Juga

Ia menjelaskan, pembuatan produk inovasi ini dilandasi oleh kondisi yang dihadapi oleh para tenaga medis, khususnya dalam bidang kesehatan gigi.

Pada saat dokter gigi merawat pasien di klinik atau rumah sakit, ancaman yang dihadapi adalah munculnya aerosol dari pasien yang berpotensi mengandung bakteri dan virus.

Dalam situasi pandemi, ancaman keselamatan tenaga medis ketika merawat pasien gigi menjadi lebih besar. Produksi aerosol yang dihasilkan dari proses merawat dan memperbaiki gigi pasien, berpotensi mengandung virus berbahaya.

Apalagi jika pasien adalah Orang Tanpa Gejala (OTG) yang merupakan pembawa virus COVID-19 yang saat ini menjadi pandemi global. Prototipe ini telah diuji coba pada Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Unhas, dan dapat bekerja sempurna.

Proses pembuatan prototipe ini membutuhkan waktu singkat. Awalnya, direncanakan selama seminggu. Namun, karena beberapa komponen didatangkan dari luar negeri, sehingga prosesnya menjadi tiga minggu.

“Karena ini prototipe, biayanya mencapai hampir 20 juta. Namun untuk produksi selanjutnya, kami perkirakan di bawah 10 juta rupiah. Komponen lokal yang dikandung adalah 60 persen, sementara 40 persen komponen masih harus kita datangkan dari luar,” ucap Ansar.

Cara kerja E-Magic UH1

Secara konseptual, E-Magic berfungsi untuk menyerap buangan aerosol, percikan saliva, dan darah dalam lingkup kerja kedokteran gigi. Alat ini mengaplikasikan metode disinfektasi empat layer, yaitu: HEPA 10, HEPA 12, UV-C, dan HEPA 12.

Saat dinyalakan, aerosol yang diproduksi dan berasal dari mulut pasien akan dihisap oleh suction, kemudian masuk melalui houst. Aerosol ini akan dibawa menuju cleaning room yang akan melewati proses pembersihan bertahap, yaitu: pemisahan virus dan bakteri melalui filter HEPA (dua kali), kemudian sterilisasi dengan lampu UV-C.

Pada saat udara dan aerosol keluar dari cleaning room pada dasarnya sudah steril. Namun untuk memastikan kesterilan udara, maka udara yang melewati gerbang keluar disaring lagi dengan filter HEPA.

Dengan proses empat layer ini, maka dapat dipastikan udara yang keluar sudah benar-benar bersih dari virus dan bakteri. Salah satu keunggulan dari E-Magic ini adalah filter HEPA yang digunakan bersifat washable, sehingga tidak perlu membeli atau mengganti filter baru.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement