Rabu 10 Jun 2020 05:15 WIB

Bila Terlalu Banyak Makan

Islam melarang kita berlebih-lebihan dan melarang kita kurang makan.

Bila Terlalu Banyak Makan
Foto: Republika.co.id
Bila Terlalu Banyak Makan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- "Tidak ada satu wadah pun yang diisi oleh Bani Adam, lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah baginya beberapa suap untuk memperkukuh tulang belakangnya agar dapat tegak. Apabila tidak dapat dihindari, baiknya sepertiga makanannya, sepertiga lagi untuk minumannya, dan sepertiganya untuk napasnya". (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban dalam shahihnya yang bersumber dari Miqdam bin Ma'di Kasib).

Penjelasan:

Baca Juga

Islam adalah agama yang sangat menekankan sikap pertengahan (al-wastihiyyah) dan keseimbangan (tawazun) dalam berbagai hal. Islam tidak menganjurkan penganutnya berlebih-lebihan dan tidak pula mengurangi. Proporsional atau adil adalah cara terbaik.

Terlalu lebih dan terlalu kurang, seringkali membawa keburukan. Islam pun lebih menekankan pencegahan daripada pengobatan. Segala sesuatu yang akan menimbulkan mudharat, biasanya akan "dikenai" aturan yang mengharamkan atau memakruhkannya.

Demikian pula dalam hal makan. Islam melarang kita berlebih-lebihan dan melarang kita kurang makan. Keduanya akan membawa dampak negatif, berupa penyakit, tidak khusyu' beribadah, dan bisa melemahkan pikiran.

Mengapa kita dilarang banyak makan? Sifat paling dominan dalam diri manusia adalah rakus, tidak pernah puas, dan enggan beribadah. Cara yang paling bermanfaat mendidiknya adalah dengan rasa lapar. Tujuannya agar hawa nafsu tersebut takluk dan menjadi seimbang.

Sesungguhnya tujuan makan adalah menyambung nyawa dan agar memiliki tenaga untuk menjalankan ibadah. Perut yang terisi penuh oleh makanan akan menghambat ibadah. Makan yang tidak terlalu kenyang menghindarkan manusia dari dua ekstremitas, yaitu dari rasa kenyang dan terlalu lapar, keduanya bisa mengganggu ibadah.

Banyak makan dapat menyebabkan ngantuk dan malas. Siapa yang banyak makan, maka ia akan banyak pula tidur. Siapa banyak tidur, maka akan banyak pula kebaikan dan ilmu yang akan luput darinya, serta banyak pula waktu terbuang.

Padahal waktu merupakan modal paling mahal yang dimiliki manusia. Apabila waktu kita banyak dihabiskan di tempat tidur, maka kerugian dunia akhirat akan segera datang.

Dikisahkan, suatu ketika Lukman Al-Hakim berkata pada anaknya, "Wahai anakku! Apabila perutmu penuh, maka tidurlah pikiranmu, bungkamlah kebijaksanaan, dan lemah lunglailah seluruh anggota badan sehingga malas beribadah. Adapun orang yang suka menyedikitkan makan dan minum, hatinya akan tenang, pikirannya jernih, pandangannya tajam, dan jiwanya akan terbimbing".

Disebutkan pula seburuk-buruk tempat adalah perut yang terisi penuh dengan makanan. Karenanya Rasulullah mengatakan perut adalah rumah penyakit dan berpantang adalah obatnya. Dalam sebuah hadits qudsi Allah SWT berfirman, "Tidak ada perlindungan yang lebih kuat bagi hamba-hamba-Ku, kecuali menyedikitkan makan".

Kuantitas dan kualitas makan pun bisa membedakan seorang mukmin dengan seorang kafir. Rasul menyebutkan, "Orang mukmin makan untuk satu perut, sedang orang kafir makan untuk tujuh perut". Bahkan keridhaan Allah bisa datang dan hilang disebabkan oleh makan ini.

Dalam QS. Al-A'raaf: 31 Allah SWT berfirman: "Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." Dalam QS. Muhammad: 12 disebutkan pula, "... dan orang-orang kafir itu bersenang-senang di dunia dan mereka makan seperti makannya binatang-binatang. Dan neraka adalah tempat tinggal mereka." Wallahu a'lam bish-shawab

 

sumber : Republika.co.id
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement