Selasa 09 Jun 2020 17:16 WIB

Pemerintah: Ekonomi Indonesia Bisa Tumbuh Hingga 2 Persen

Kuartal kedua dan ketiga akan menjadi tumpuan besar bagi ekonomi Indonesia tahun ini.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Pertumbuhan ekonomi.
Foto: Republika
Pertumbuhan ekonomi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir memprediksi, ekonomi Indonesia tahun ini  masih dapat tumbuh positif. Optimisme tersebut setelah melihat aktivtias ekonomi yang sudah dimulai secara bertahap pada beberapa sektor.

Iskandar menjelaskan, salah satu indikator perbaikan yang terlihat adalah kenaikan Purchasing Managers Index (PMI) sektor manufaktur pada Mei. Nilainya mulai menunjukkan pertumbuhan ke level 28,6 dari sebelumnya 27,5 pada April.

Baca Juga

Selain itu, kebijakan pemulihan ekonomi nasional dengan berbagai stimulus fiskal telah dijalankan seiring langkah entering new normal. "Dengan ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2020 bisa mencapai satu hingga dua persen," ujar Iskandar ketika dihubungi Republika.co.id, Selasa (9/6).

Iskandar memperkirakan, kuartal ketiga dan keempat akan menjadi tumpuan besar bagi ekonomi Indonesia sepanjang tahun. Sementara itu, kuartal kedua menjadi momentum terberat bagi ekonomi Indonesia mengingat restriksi aktivitas ekonomi mulai diberlakukan secara ketat.

Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Kebijakan Fiskal dan Makroekonomi Masyita Crystallin menyebutan, pemerintah melihat pertumbuhan ekonomi tahun ini masih berkisar antara 0,4 persen hingga 2,3 persen. Rebound akan terjadi pada tahun depan dengan pertumbuhan antara 4,5 persen sampai 5,5 persen.

Masyita menekankan, estimasi pertumbuhan ekonomi akan sangat tergantung pada dua hal. "Efektivitas containment wabah Covid-19 dan seberapa besar norma baru (new normal) mampu menghidupkan kembali aktivitas ekonomi," tuturnya.

Untuk menghadapi situasi ini, Masyita mengatakan, pemerintah telah meningkatkan alokasi biaya kesehatan yang semula sebesar Rp 75 triliun menjadi Rp 87,55 triliun. Selain itu, alokasi untuk Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Rp 598.65 triliun yang dibagi dalam stimulus permintaan dalam bentuk bantuan sosial dan stimulus sisi produksi.

Dukungan pertama dan terbesar PEN diberikan pada sektor UMKM mengingat pengaruhnya yang besar. Masyita mencatat, dukungan untuk sektor ini sebesar Rp 123,46 triliun atau 21 persen dari alokasi untuk PEN. Sementara itu, dukungan untuk stimulasi permintaan dalam bentuk bansos mencapai Rp 203.9 triliun.

Masyita berharap, dengan adaptasi di norma baru dan pelaksanaan protocol Covid-19 oleh semua lapisan masyarakat dengan penuh kehati-hatian, sektor UMKM dan sektor informal bisa mulai tumbuh lagi. "Di samping itu sektor formal di bidang jasa perdagangan serta restoran akan mulai bergeliat kembali," ujarnya.

Dengan berbagai kebijakan yang mendorong sisi permintaan dan penawaran, Masyita menambahkan, diharapkan juga dapat menghindarkan kontraksi ekonomi yang dalam pada tahun ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement