Senin 08 Jun 2020 18:05 WIB

Sunnah Rasulullah: Pemimpin yang Cinta dan Doakan Rakyatnya

Sosok pemimpin menurut Rasulullah SAW adalah yang doakan rakyatnya.

Sosok pemimpin menurut Rasulullah SAW adalah yang doakan rakyatnya. Ilustrasi pemimpin.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Sosok pemimpin menurut Rasulullah SAW adalah yang doakan rakyatnya. Ilustrasi pemimpin.

REPUBLIKA.CO.ID,

خِيَارُ أَئِمَّتِكُمْ الَّذينَ تُحِبُّونهُم ويُحبُّونكُم، وتُصَلُّونَ علَيْهِم ويُصَلُّونَ علَيْكُمْ

Baca Juga

وشِرَارُ أَئمَّتِكُم الَّذينَ تُبْغِضُونَهُم ويُبْغِضُونَكُمْ، وتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ  

''Sebaik-baik pejabat negara kalian adalah mereka yang kalian cintai dan mereka pun mencintai kalian. Mereka mendoakan kalian dan kalian pun mendoakan mereka. Seburuk-buruk pejabat negara kalian adalah mereka yang kalian benci dan mereka membenci kalian. Kalian melaknat mereka dan mereka juga melaknat kalian.'' (HR Muslim).

Kriteria serta syarat pejabat negara terbaik dan terburuk dari Rasulullah SAW itu tentu sangat tepat. Perasaan rakyat adalah pendapat tentang kehidupan sehari-hari, sekaligus hasil pembangunan dan pelayanan publik dari negara.

Ukuran itu tak dapat dibandingkan dengan angka-angka statistik semacam laju pertumbuhan ekonomi, inflasi, tingkat pendapatan per kapita, tingkat melek huruf, angka harapan hidup, dan lain-lain. Sebab, semuanya tidak pernah bisa menggambarkan realitas rakyat tepat seratus persen, dapat dimanipulasi dan berubah dalam hitungan hari.

Bila rakyat mendoakan pejabat yang dikasihi dan dicintainya, tentulah dia berhasil melaksanakan tugas, menjaga amanat dan kepribadiannya bisa menjadi contoh yang baik. Bila rakyat telah ridha, mudah pula meraih ridha Allah, sekaligus kebahagiaan di negeri abadi. 

Itulah sebabnya, pertanyaan pertama Amirul Mukminin Umar bin Khattab kepada setiap utusannya yang pulang dari berbagai daerah adalah keadaan rakyat, bukan jumlah pemasukan negara dari daerah itu. Seorang utusan melapor, ''Di daerah kami melihat rakyat segan kepada Anda, karena takut diperiksa dan dihukum.

Di daerah lain ada yang telah menyiapkan harta untuk kas negara yang tak cukup dimuat di satu kapal. Lalu, di tempat lain, kami melihat seorang warga sedang sujud di masjid sambil berdoa, 'Ya Allah, ampunilah Umar dan angkatlah derajatnya'.

''Khalifah Umar menjawab, ''Rakyat tak perlu takut, karena Umar ingin kebaikan bagi mereka. Harta itu bukan buat Umar dan keluarganya, tapi dikembalikan kepada rakyat. Adapun doa yang kalian dengar di saat sunyi sepi, itulah yang paling kuharapkan.

''Begitulah, penguasa bertakwa yang telah habis-habisan mengayomi rakyat menuju kemakmuran di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Khalifah Umar benar-benar paham bahwa memastikan kepemimpinan dan jabatannya diridlai Allah atau tidak adalah jelas mustahil. Sebab, hanya Rasulullah SAW yang bisa memastikan sedang berkomunikasi dengan-Nya atau tidak.

Maka, carilah ridha rakyat dengan mengetahui mereka berdoa bagi pejabat atau tidak, dan apa isi doanya. Inilah yang harus diresapi siapapun yang segera melepas jabatan, yang ingin dipilih sebagai pejabat, juga yang sedang berkuasa. Pun buat mereka yang ingin dipilih menjadi pejabat negara. 

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement