Senin 08 Jun 2020 17:29 WIB

Amarah Sterling: Rasialisme Layaknya Pandemi!

Isu yang diusung dalam berbagai aksi protes itu pun telah meluas menjadi perlawanan.

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Gilang Akbar Prambadi
Demonstran menyalakan suar selama aksi protes Black Lives Matter di London, Inggris, Ahad (7/6). Aksi tersebut sebagai tanggapan atas pembunuhan George Floyd oleh petugas polisi di Minneapolis, AS, yang telah menyebabkan protes di banyak negara dan di seluruh dunia.
Foto: AP / Alberto Pezzali
Demonstran menyalakan suar selama aksi protes Black Lives Matter di London, Inggris, Ahad (7/6). Aksi tersebut sebagai tanggapan atas pembunuhan George Floyd oleh petugas polisi di Minneapolis, AS, yang telah menyebabkan protes di banyak negara dan di seluruh dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, MANCHESTER -- Kematian pria Afro-Amerika, George Floyd, akibat tindakan kekerasan aparat kepolisian di Mineapolis, Minesotta, Amerika Serikat, akhir bulan lalu, telah memicu berbagai protes di sejumlah negara. Isu yang diusung dalam berbagai aksi protes itu pun telah meluas menjadi perlawanan terhadap berbagai bentuk diskriminasi rasial.

Pada sepanjang akhir pekan lalu, sejumlah aksi protes terjadi di London, Bristol, Glasgow, dan Edinburg. Ribuan orang dilaporkan turun ke jalan di sejumlah kota besar di Inggris dalam demonstrasi yang mengusung kampanye //Black Live Matters// sebagai kampanye anti rasialisme.

Winger Manchester City, Raheem Sterling, akhirnya angkat bicara soal isu tersebut. Menurutnya, rasialisme merupakan satu-satunya penyakit yang masih ada di dalam masyarakat, tidak hanya di Inggris tapi juga di seluruh dunia. Penyakit ini pun bisa ditemui di pentas sepak bola. Bahkan, layaknya pandemi, tutur Sterling, segala bentuk rasialisme harus dilawan dan dihentikan.

''Rasialisme sudah terjadi sejak bertahun-tahun lalu. Rasialisme ini layaknya pandemi. Kita harus mencari solusi untuk menghentikan hal tersebut. Solusi inilah yang coba dicari oleh para pengunjuk rasa. Mereka berusaha melawan dan menghentikan ketidakadilan dan diskriminasi berdasarkan ras yang sehari-hari mereka rasakan dan lihat,'' kata Sterling dikutip dari ESPN, Senin (8/6) WIB.

Buat winger berusia 25 tahun ini, isu rasialisme bukanlah isu baru yang terus dia perangi. Dalam beberapa tahun terakhir, Sterling kerap menyuarakan soal representasi yang ditonjolkan media-media Inggris saat menurunkan berita soal pesepakbola berkulit hitam.

Tidak berhenti sampai disitu, pada tahun lalu, mantan winger Liverpool itu sempat melakukan diskusi dengan sesama pesepakbola profesional di Liga Primer Inggris soal tindakan yang mereka lalukan saat mendapatkan pelecehan bernada rasialisme di atas lapangan. Bahkan, Sterling pun sempat mendorong pembentukan gugus tugas anti rasialisme yang dipimpin langsung oleh pemain.

Karena itu, winger timnas Inggris itu berharap, kampanye anti rasialisme yang terjadi saat ini tidak hanya berhenti di slogan-slogan semata, tapi juga harus ada tindakan nyata. Aksi nyata itu dapat berupa tekanan terhadap pembuat kebijakan ataupun kesadaran untuk melaporkan apabila melihat adanya aksi-aksi rasialisme.

''Perlu ada aksi nyata ketimbang kata-kata dan slogan. Kami harus benar-benar menerapkan perubahan tersebut, terutama dalam aspek-aspek tertentu. Saya pun akan terus melakukannya, dan terus memicu diskusi tentang hal ini. Sehingga industri sepak bola bisa bertindak untuk memberikan kesempatan yang sama pada semua orang,'' tutur pemain keuturunan Jamaika tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement