Senin 08 Jun 2020 11:39 WIB

Ekonomi Jepang Kuartal Pertama Kontraksi

Ekonomi Jepang diproyeksi mengalami kontraksi tahunan lebih dari 20 persen April-Juni

Rep: Adinda Pryankan/ Red: Fuji Pratiwi
Gunung Fuji di Jepang (ilustrasi). Ekonomi Jepang mengalami kontraksi 2,2 persen secara tahunan (year on year /yoy) pada kuartal pertama.
Foto: myknownbuzz.com
Gunung Fuji di Jepang (ilustrasi). Ekonomi Jepang mengalami kontraksi 2,2 persen secara tahunan (year on year /yoy) pada kuartal pertama.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO – Ekonomi Jepang mengalami kontraksi 2,2 persen secara tahunan (year on year /yoy) pada kuartal pertama. Angka ini lebih baik dibandingkan proyeksi awal yang menunjukkan penyusutan hingga 3,4 persen maupun dibandingkan perkiraan median dari pasar yakni kontraksi 2,1 persen.

Seperti dilansir Reuters, Senin (8/6), data yang direvisi mengonfirmasi Jepang telah tergelincir ke dalam resesi untuk pertama kalinya dalam 4,5 tahun. Sebelumnya, ekonomi ketiga terbesar dunia tersebut mengalami kontraksi 7,2 persen pada periode Oktober sampai Desember. Resesi digambarkan dengan kontraksi Produk Domestik Bruto (PDB) selama dua kuartal berturut-turut.

Baca Juga

Kenaikan pajak penjualan tahun lalu dan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China menjadi penyebab resesi Jepang.

Serangkaian data April baru-baru ini menunjukkan, Jepang mengalami kemorosotan terburuk pascaperang. Khususnya terkait ekspor, produksi pabrik dan tingkat lapangan kerja. Pandemi Covid-19 telah memaksa orang-orang untuk tingal di rumah dan bisnis tutup secara global.

Pada basis kuartal ke kuartal (q-to-q), ekonomi Jepang mengalami kontraksi 0,6 persen pada kuartal pertama. Angka ini membaik dibandingkan pembacaan awal, penyusutan 0,9 persen.

Analis memperkirakan, ekonomi akan mengalamin kontraksi tahunan lebih dari 20 persen pada April hingga Juni. Dalam periode itu, Perdana Menteri Shinzo Abe mengumumkan keadaan darurat dan meminta warga tetap tinggal di rumah serta menutup bisnis untuk mencegah penyebaran virus.

Meski keadaan darurat sudah dicabut pada Mei, ekonomi diperkirakan baru pulih dalam beberapa bulan mendatang. Sebab, dampak pandemi sudah meluas secara global maupun dalam negeri.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement