Senin 08 Jun 2020 06:22 WIB

Begini Cara Guru Besar UMM Wujudkan Hobi Bertanam

Menguatkan ketahanan pangan di masa pandemi Covid-19 sangat penting.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Hiru Muhammad
Guru Besar Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Profesor Jabal Tarik Ibrahim memiliki hobi menanam di sekitar rumahnya, Lowokwaru, Kota Malang.
Foto: Dok. Humas UMM
Guru Besar Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Profesor Jabal Tarik Ibrahim memiliki hobi menanam di sekitar rumahnya, Lowokwaru, Kota Malang.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG--Guru Besar Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Profesor Jabal Tarik Ibrahim memiliki hobi menanam di sekitar rumahnya, Lowokwaru, Kota Malang. Hobi ini turut mendorong masyarakat sekitar untuk melakukan hal serupa.

Jabal lahir dari keluarga petani di daerah Probolinggo, Jawa Timur (Jatim). Jabal muda sudah sangat tertarik untuk mengembangkan pertanian di Indonesia. Kondisi petani yang kurang paham bagaimana mangatur pertanian menjadi titik fokus Jabal. Dari sini, dia memiliki harapan yang akhirnya dapat terwujud saat ini. 

Jabal mengaku keinginan menanam tidak lepas dari kebiasaannya sejak kecil. Namun ketika mempunyai rumah di Malang, dia kehilangan tempat untuk bertanam seperti sawah dan tegalan. Akhirnya, dia menanam di depan teras rumah yang berukuran 3 x 15 meter. "Lalu melebar ke kavling sebelah yang kebetulan saya beli juga selebar 150 meter persegi,” kata Guru Besar bidang Sosiologi Pertanian ini.

Jabal menanam banyak ragam sayuran seperti cabai, terong, sawi, kacang panjang dan ketela pohon, bahkan pohon kelor. Ada pula belimbing, belimbing wuluh, sirsak dan sebagainya. Karena beberapa tumbuh di luar rumah, ia merelakan buah-buahannya dinikmati masyarakat sekitar secara cuma-cuma.

Selain itu, Jabal juga berhasil memanfaatkan lahan untuk dijadikan lahan pertanian di belakang rumahnya. Lahan yang semula berisi semak-semak ini telah berubah menjadi tempat budidaya tanaman hidroponik. Kegiatan yang bekerjasama dengan Ketua RT ini telah sukses mengajak masyarakat sekitar untuk bercocok tanam.

Setidaknya terdapat 5.000 lubang tanaman yang dibiayai oleh Ketua RT bersama beberapa pengurus lain. Di dalam prosesnya, ada lima warga yang terlibat dalam merealisasikan ide menciptakan pertanian hidroponik tersebut. Hasil tanaman hidroponik non-pestisida ini nantinya akan dijual kepada warga dan pihak lain.

Menurut Jabal, menguatkan ketahanan pangan di masa pandemi Covid-19 sangat penting. Upaya ini dapat mendorong masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizi secara mandiri. "Kemudian meningkatkan produktivitas masyarakat di rumah seperti berkebun sistem aquaponik dan hidroponik di lahan terbatas," kata Jabal. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement