Ahad 07 Jun 2020 22:56 WIB

Cerita Manis Petani Milenial di Masa Pandemi

Penjualannya pun menggunakan metode milenial melalui platform media sosial.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Muhammad Fakhruddin
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo saat melihat aneka produk sayuran yang dihasilkan para petani muda yang tergabung dalam Kelompok Tani Citra Muda Getasan, di Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Sabtu (6/6). Gubernur menyebut usaha pertanian para milenial ini mampu berkembang di tengah situasi sulit akibat pandemi Covid-19.
Foto: istimewa
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo saat melihat aneka produk sayuran yang dihasilkan para petani muda yang tergabung dalam Kelompok Tani Citra Muda Getasan, di Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Sabtu (6/6). Gubernur menyebut usaha pertanian para milenial ini mampu berkembang di tengah situasi sulit akibat pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Bowo Pribadi*

Pandemi Covid-19 telah berdampak yang luar biasa bagi sektor dunia usaha. Di Jawa Tengah, tak sedikit dunia usaha yang ikut terpuruk hingga para pelakunya harus menghadapi situasi perekonomian yang semakin sulit.

Kendati begitu, masih ada bidang usaha di masyarakat yang mampu bertahan di tengah gelombang pandemi tersebut. Salah satunya adalah usaha bidang pertanian, seperti yang ditekuni sejumlah pemuda di wilayah Desa Kopeng, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.

Mereka –para petani milenial-- yang tergabung dalam Kelompok Tani Citra Muda Getasan mampu membuktikan bahwa usaha pertanian yang digeluti bisa bertahan dan bahkan tetap berkembang, kendati harus menghadapi situasi pandemi.

 

Ketua Kelompok Tani Citra Muda, Sofian Adi Cahyono (24), mengungkapkan, selama ini kelompok tani yang beranggotakan 30 anak- anak muda --usia 19 hingga 38 tahun—ini membudidayakan tak kurang 70 jenis sayuran organik.

Guna menjual berbagai hasil pertanian (sayuran) organik tersebut, kelompok tani ini telah memanfaatkan pemasaran daring, sehingga mampu menembus cakupan pasar atau konsumen yang lebih luas.

Ia melihat usaha pertanian –khususnya sayuran organik ini— masih sangat potensial bahkan dalam jangka yang sangat panjang, apalagi jika didukung dengan model atau cara pemasaran daring.

“Inilah yang kami lakukan bersama teman teman di kelompok tani Citra Muda Getasan selama ini, menjual berbagai produk hasil pertanian kami dengan memanfaatkan teknologi digital,” ungkapnya, akhir pekan kemarin.

Sofian juga mengungkapkan, ikhtiar ini telah dapat dinikmati hasilnya. Jika dibandingkan pada awal- awal dirintisnya uaha pertanian ini 12 tahun silam, produksi berrbagai jenis sayuran kelompok tani ini telah meningkat sangat signifikan.

Guna mendukung keberlangsungan pasokan kepada konsumen, kini Kelompok Tani Citra Muda Getasan telah mampu memberdayakan tak kurang 400 petani sayuran dan buah- buahan. Mereka, tergabung dalam 18 kelompok tani lain, di wilayah Kecamatan Getasan.

“Saat ini omset kami perbulan mencapai Rp 300 juta. Jadi, penghasilan petani itu tidak kalah dengan profesi lainnya. Apalagi, pertanian menghasilkan bahan makanan dan selama hidup manusia sangat membutuhkan,” tegasnya.

Ia juga mengungkapkan, selama masa pandemi Covid-19, peningkatan permintaan berbagai jenis sayuran justru meningkat tajam. Jika biasanya per-bulan hanya mampu menjual 4 hingga 5 ton sayur organik, selama masa pandemi hingga saat ini terus meningkat hingga 15 ton per bulan.

Peningkatan penjualan hingga 300 persen ini tak terlepas dari kebutuhan masyarakat (konsumen) yang memilih pola hidup sehat dengan mengkonsumsi sayuran organik. “Sehingga, penjualan kami pun terdongkrak dan meningkat drastis,” tegas Sofian.

Sementara itu, kiprah para petani milenial yang ada di kelompok tani Citra Muda Getasan ini pun sempat menyita perhatian dan membuat Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo ‘kesengsem’.

Selain diawaki oleh anak- anak muda yang tertarik mengembangkan bisnis pertanian, produksi merek adalah sayuran organik, salah satu komoditas hortikultura --yang hari ini-- sangat laku keras di pasaran.

Bahkan, pada saat situasi pandemi Covid-19, penjualan hasil pertanian anak- anak muda ini bisa naik 300 persen. Penjualannya pun menggunakan metode milenial, yakni melalui sejumlah platform media sosial.

“Ini keren, saking penasarannya dengan kisah para petani muda itu, Saya bela- belain bersepeda 53 kilometer bersama isteri saya untuk melihat mereka secara langsung,” ungkanya.

Gubernur mengaku, awalnya memang sudah pernah bertemu dengan Sofian dan tertarik dengan ceritanya. Makanya ia tetarik untuk melihat aktifitas anak- anak muda yang masih mencintai pertanian tersebut.

Ternyata para petani muda tersebut luar biasa, kreatif dan inovatif. Sehingga usaha pertanian yang mereka kembangkan bisa bertahan di tengah situasi yang serba sulit akibat pandemi Covid-19 ini.

Saat banyak orang kebingungan dengan wabah Covid-19, para petani muda Ini justru sukses meningkatkan omsetnya. Mereka petani muda yang idiologis, punya komitmen tinggi dan memiliki semangat terus berjuang.

“Untuk menjadi seperti sekarang, ternyata prosesnya pun cukup lama, mereka membutuhkan waktu 12 tahun guna merintis dan membesarkan kelompok Tani Citra Muda Getasan," tambahnya.

Menurut Ganjar, kelompok petani milenial ini membuktikan bahwa anak muda juga bisa sukses di dunia pertanian. Namun tetap didasari oleh kemauan, konsistensi dan ketekunan agar hasilnya bisa menjadi maksimal dan berkualitas.

Sehingga apa yang kini dilakukan Sofian dan teman- temannya bisa menjadi inspirasi bagi milenial lainnya. “Yang kita harapkan seperti ini bisa menginspirasi banyak anak muda lain di Jawa Tengah,” tegas gubernur.

*Jurnalis Republika

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement