Ahad 07 Jun 2020 17:30 WIB

Ribuan Hektare Tambak di Indramayu Terendam Banjir Rob

Banjir rob di Indramayu cukup besar hingga petani tak bisa selamatkan tambak.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Nur Aini
Petambak memanen ikan bandeng di Indramayu, Jawa Barat, Selasa (15/10/2019).
Foto: Antara/Dedhez Anggara
Petambak memanen ikan bandeng di Indramayu, Jawa Barat, Selasa (15/10/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Ribuan hektare tambak di Kabupaten Indramayu terendam banjir rob akibat gelombang pasang air laut yang terjadi selama beberapa hari terakhir. Para petambak diperkirakan menanggung kerugian hingga puluhan miliar rupiah.

Kondisi itu salah satunya dialami seorang petambak di Blok Bondol, Desa Brondong, Kecamatan Pasekan, Wasminah. Dia mengaku, tambak ikan bandeng yang dimilikinya hancur diterjang ganasnya rob.

Baca Juga

‘’Tambak sudah seperti lautan,’’ keluh Wasminah, Ahad (7/6).

Wasminah mengatakan, tanggul yang mengelilingi areal tambaknya jebol. Ribuan ekor ikan bandeng berumur lebih dari tiga bulan yang dibudidayakannya pun hanyut seluruhnya terbawa banjir.

Wasminah mengaku masih sedih dan syok dengan musibah yang dialaminya itu. Karenanya, dia belum sempat menghitung kerugian yang dialaminya.

Wasminah menuturkan, peristiwa rob sebenarnya sudah biasa terjadi. Karena itu, tak ada persiapan apapun yang dilakukannya untuk melindungi tambaknya. Namun, dia tak menduga rob yang terjadi pada Rabu (3/6) malam ternyata sangat besar hingga membuat tambaknya menjadi hancur.

Terpisah, Ketua Dewan Pengurus Daerah Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (DPD KNTI) Kabupaten Indramayu, Carikam, menyebutkan, luas lahan tambak di Kabupaten Indramayu seluruhnya ada sekitar 20 ribu hektare. Dari luasan tersebut, hampir sebagian besar lahan tambak terendam banjir rob.

‘’Jika setengahnya saja yang terendam banjir rob, maka ada sekitar 10 ribu hektare lahan tambak yang terdampak,’’ kata Carikam.

Carikam menyebutkan, lahan tambak yang terendam banjir rob itu tersebar di seluruh wilayah pesisir Indramayu. Mulai dari Kecamatan Krangkeng, Karangampel, Juntiyuat, Balongan, Indramayu, Pasekan, Sindang, Arahan, Cantigi, Lohbener, Losarang, Kandanghaur, Patrol hingga Sukra.

‘’Rob membuat udang dan bandeng yang dibudidayakan petambak menjadi hanyut terbawa banjir. Petambak mengalami kerugian yang sangat besar,’’ terang Carikam.

Carikam menghitung, dalam satu hektare tambak, biasanya diisi 5.000 ekor bibit bandeng atau 30 ribu bibit udang vanamei. Adapun modal produksi untuk pembelian bibit bandeng senilai Rp 400 per ekor dan bibit udang vanamei Rp 40 per ekor.

Sementara biaya untuk pembelian pakan bandeng, sebesar Rp 9.000 per kg. Selama masa budidaya,  total kebutuhan pakan untuk 5 ribu ekor bandeng per hektare mencapai sekitar 2,5 ton.

Untuk pakan udang vanamei, biaya yang dibutuhkan sebesar Rp 13 ribu per kg. Dengan jumlah 30 ribu ekor udang per hektare, maka dibutuhkan total kebutuhan pakan selama masa tanam sebanyak dua kuintal.

‘’Data yang kami himpun dari laporan petambak dari berbagai desa dan kecamatan di seluruh Kabupaten Indramayu, total kerugian yang mereka alami mencapai angka diatas Rp 30 miliar,’’ kata Carikam.

Carikam menambahkan, kerugian tersebut baru dihitung berdasarkan biaya produksinya saja. Nilai kerugian tersebut belum termasuk kehilangan potensi keuntungan saat panen udang maupun ikan bandeng.

Dengan adanya musibah banjir rob itu, Carikam berharap agar pemerintah benar-benar memperhatikan soal infrastruktur pertambakan di Kabupaten Indramayu. Seperti, misalnya dengan melakukan pengurasan saluran ataupun pemeliharaan sungai dan muara.

Apalagi, kata Carikam, sektor pertambakan telah menyumbang devisa negara yang cukup besar. Bahkan, Kabupaten Indramayu merupakan penyuplai ikan terbesar di Jawa Barat.

‘’Saya juga berharap agar pemerintah menggelontorkan bantuan bibit dan pakan untuk petambak yang terkena bencana banjir rob supaya petambak bisa kembali memulai budidayanya,’’ kata Carikam. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement