Ahad 07 Jun 2020 10:37 WIB

Laporan Media: Lonjakan Anti-Yahudi dalam 10 Tahun Terakhir

Anti-Yahudi atau antisemit meningkat dalam 10 tahun terakhir.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Nashih Nashrullah
Yahudi ortodoks (ilustrasi)
Yahudi ortodoks (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM – Kisah maupun berita tentang antisemitisme dan anti-Israel banyak beredar di dunia maya. Google Alerts bahkan mencatat lebih dari 3.000 item antisemit per-tahun. 

Dengan data itu, logis jika kemudian Pemerintah Israel membuat sebuah entitas yang berfungsi memilah dan memilih informasi ini, dan mengkategorikannya dari yang biasa hingga hal-hal yang paling ekstrem. Namun, entitas seperti itu hingga kini tidak ada.   

Baca Juga

Meski demikian, ada jalan pintas yang dapat membantu dalam mengumpulkan informasi tentang insiden dan ekspresi antisemitisme yang paling ekstrem. Sejak 2010, Simon Wiesenthal Center (SWC) setiap tahun menerbitkan daftar 10 insiden antisemit global terburuk di dunia.  

Dalam beberapa hal, lebih dari satu perkara disebutkan.  Selama 10 tahun, gambaran siapa yang menyuarakan antisemit terburuk menjadi lebih jelas. 

Anti-Yahudi yang paling banyak tentu muncul dari dunia Islam. Sisanya, meskipun masuk kategori berbahaya, jumlahnya masih jauh tertinggal. Hal ini terbukti, meskipun antisemitisme sayap kanan saat ini sedang tumbuh. 

Tokoh Muslim yang termasuk adalah mantan perdana menteri Malaysia Mahathir Mohamad. Di 2010, ia masuk dalam daftar SWC karena pernyataannya, “Orang Yahudi selalu menjadi masalah di negara-negara Eropa.  Mereka harus dikurung di ghetto dan dibantai secara berkala ... Bahkan setelah pembantaian oleh Nazi Jerman, mereka selamat dan terus menjadi sumber masalah yang lebih besar bagi dunia".  

Dikutip di The Jerusalem Post, saat menelusuri daftar tahunan SWC, satu-satunya seruan yang terdaftar untuk melakukan pemusnahan Israel atau Yahudi berasal dari ulama dan tokoh berpengaruh lainnya di dunia Muslim. Di bawah merupakan penjabarannya.  

Pada 2012, Ulama Futouh Abd Al-Nabi Mansour berdoa di sebuah layanan televisi nasional di Masjid Kairo el-Tenaim. Acara itu dihadiri Presiden Mesir saat itu, Mohamed Morsi.  

Saat itu Sang Ulama berkata, "Ya Allah, hancurkan orang-orang Yahudi dan pendukung mereka. Ya Allah, bubarkan mereka dan rendahkan mereka. Ya Allah, tunjukkan kekuatan dan kebesaran Anda kepada mereka". Di acara tersebut, terlihat Morsi mengatakan amin. 

Pada tahun yang sama, pada 5 Agustus, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran Mayjen, Hassan Firouzabadi mengatakan, "Bangsa Iran berdiri untuk satu tujuan, yakni pemusnahan penuh Israel".  

Yusuf al-Qaradawi dianggap sebagai Ulama Sunni terkemuka di dunia. Pada 2013 ia tidak secara langsung menyerukan pemusnahan orang Yahudi tetapi menyebutnya dengan cara yang positif. “Allah telah menjatuhkan hukuman kepada orang-orang Yahudi karena kecurangan mereka. Hukuman terakhir dilakukan Adolf Hitler," ujarnya.  

Di tahun yang sama, selama kunjungan di AS, Ulama Irak Qays bin Khalil al Kalbi, mengatakan, “Allah memilih Anda untuk menjadi yang paling celaka di antara semua orang.  Allah memilih Anda sebagai yang terbaik untuk menjadi babi dan kera .... Allah memilih Hitler untuk membunuh Anda, jadi siapa yang lebih baik, Anda atau dia?"  

photo
Para penganut Yahudi di Tembok Ratapan (ilustrasi) - (abc.net.au)

Lebih jauh lagi pada tahun itu, ulama, pengacara, dan penyair Saudi Arabia, Muhammad al-Farraj menyiarkan puisi berikut ini, “Adolf Hitler memiliki cara yang diberkati untuk membakar negara Anda yang busuk. Jika saya diizinkan untuk berdoa untuk non-Muslim saya akan berdoa untuk jiwa pemimpin Nazi yang memanggang Anda (Rusia) dan orang-orang Yahudi di seluruh dengan bensin. "  

Pada 18 November 2014, dua Muslim dari Yerusalem timur membunuh empat orang di sebuah sinagog di Yerusalem, termasuk seorang polisi Druze Israel yang heroik. Dalam kejadian itu, dua pelaku ikut terbunuh.  

Keesokan harinya, anggota parlemen Yordania meminta melakukan penghormatan dengan mengheningkan cipta sejenak bagi para pembunuh dan membaca ayat Alquran dengan keras, yang isinya "untuk memuliakan jiwa murni mereka dan jiwa semua martir di negara-negara Arab dan Muslim".  

Perdana Menteri Yordania saat itu, Abdullah Ensour, mengirim surat belasungkawa kepada keluarga para pelaku. Ia menyatakan, "Saya meminta Tuhan untuk menyelimuti mereka dengan belas kasihan dan memberi Anda kesabaran, penghiburan dan pemulihan dari kesedihan Anda". 

Di sisi lain, Pemerintah Yordania mengeluarkan pernyataan yang mengutuk serangan itu, menambahkan semua tindakan kekerasan terhadap warga sipil di Yerusalem harus dikecam.  

Pada 2015, sebuah video yang konon diproduksi oleh ISIS menunjukkan seorang anggotanya memegang pisau dan berdiri di dekat dua pria bersenjata bertopeng.  Narator lantas mengumumkan perang melawan orang Yahudi akan segera dilakukan.  

"Insya Allah ... Kepada semua orang Yahudi, cucu kera dan babi, kami mendatangi Anda dari seluruh dunia ... Perang segera, tidak akan lama, Insya Allah, Insya Allah," ujarnya dikutip di The Jerusalem Post, Ahad (7/6).  

Video lain yang dirilis dalam bahasa Ibrani mengancam, “Tidak lama lagi, tidak akan ada lagi seorang Yahudi pun yang tersisa di Yerusalem atau negara lainnya. Kami akan terus berjalan sampai kami memberantas penyakit ini di seluruh dunia".  

Dengan banyaknya imigrasi Muslim ke AS, pesan pemusnahan juga telah disiarkan di sana. Pada tahun 2017, mengutip teks-teks Islam tentang hari akhir, Imam Ammar Shahin dari Islamic Center di Davis, California, menyuarakan hal yersebut dari mimbarnya.  

"Membebaskan Masjid al-Aqsa dari kekotoran Yahudi ... memusnahkan mereka sampai ke titik paling akhir," kata dia.  

Dalam 10 publikasi tahunan SWC ini tidak ada teks pemusnahan tunggal oleh non-Muslim. Namun masalahnya jauh lebih besar dari itu. Contoh di atas hanya dari para pemimpin sejumlah negara Muslim yang menghasut secara ekstrem terhadap Israel dan Yahudi.  Tidak ada pemimpin negara seperti itu di tempat lain.  

Selain itu, studi Global ADL menemukan bahwa 49 persen Muslim adalah antisemit, sementara 24 persen orang Kristen dan 21 persen orang sekuler mengidentifikasi diri dengan sentimen yang dipenuhi kebencian ini.  

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement