Ahad 07 Jun 2020 07:44 WIB

Dari Asisten Pelatih Menjadi Pelatih Top

Menjadi pelatih top dengan mengawali sebagai asisten pelatih sudah jadi hal lumrah.

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Agung Sasongko
Andre Villas-Boas
Foto: EPA-EFE/Kai Foersterling
Andre Villas-Boas

REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Dalam era sepak bola modern, menjadi pelatih top dengan mengawali karier sebagai asisten pelatih sudah menjadi hal lumrah. Terbukti beberapa pelatih hebat saat ini mengawali kariernya sebagai asisten pelatih. Tengok saja Zinedine Zidane, Ronald Koeman, Fabio Capelli, dan mendiang Tito Vilanova.

Zidane adalah contoh paling hangat sebagai pelatih top yang mengawali kariernya sebagai asisten pelatih. Pelatih asal Prancis itu awalnya menjadi asisten pelatih Carlo Ancelotti di Real Madrid. Bersama Ancelotti, ia mempersembahkan gelar Liga Champions musim 2013/2014.

photo
Zinadine Zidane - ()

Ketika Ancelotti tak menjabat pelatih Madrid lagi, Zidane ditunjuk klub sebagai pelatih kepala. Secara mengejutkan, ia mempersembahkan tiga gelar Liga Champion berturut-turut, yaitu pada musim 2015/2016, 2016/2017, dan 2017/2018. Satu trofi La Liga, dua gelar Piala Dunia Antarklub, dan dua Piala Super Eropa ia persembahkan pada periode pertama kepelatihannya.

Zidane pun tak malu-malu memuji Ancelotti dan kagum kepada pelatih asal Italia tersebut. Zidane banyak belajar dari mantan pelatih AC Milan tersebut dalam meracik tim.

"Carlo mengatakan kepada saya bahwa jauh lebih indah dan sulit untuk menang sebagai pelatih kepala dan dia benar," kata Zidane, dilansir dari Marca, Ahad (7/6).

Jose Mourinho adalah nama pelatih top lainnya yang pernah mengawali karier sebagai asisten pelatih. Pelatih Tottenham Hotspur ini pernah mempunyai pengalaman sebagai staf pelatih Bobby Robson di Barcelona meskipun perannya waktu itu dinilai tak jelas. Banyak yang berspekulasi Mou hanya penerjemah, tetapi beberapa pihak mengatakan ia juga berperan memberikan masukan taktik. Namanya sebagai pelatih kemudian melambung saat membawa Porto meraih Liga Champions pada musim 2003/2004.

photo
Pelatih Tottenham Hotspurs, Jose Mourinho. - (EPA-EFE/NEIL HALL)

Ketika itu Andre Villas-Boas (AVB) kemudian menjelma salah satu pelatih muda berbakat di Eropa. AVB pernah menjadi pelatih Porto, Chelsea, Tottenham Hotspur, Zenit Saint Peterseburg, Shanghai SIPG, dan sekarang Marseille.

Baru-baru ini, AVB berbicara tentang pengalamannya atas pekerjaannya sebagai staf pelatih. Ia mengeklaim pekerjaan tersebut adalah momen terbaik dalam kariernya. Ia mengatakan banyak hal yang didapatkan sebagai staf pelatih. Bekerja dengan Mourinho membawanya ke tingkat lebih tinggi.

“Saya ingin menjadi seperti dia dan tahu semua yang dia tahu, tetapi kemudian Anda jatuh ke sisi yang salah dari Jose dan banyak hal berubah. Anda menyadari bahwa yang Anda memiliki telah dibutakan. Setelah pertengkaran, saya memutuskan untuk memulai karier solo saya. Saya tidak berbicara dengannya lagi. Saya bahkan tidak memiliki nomor teleponnya," ungkapnya.

Kisah asisten pelatih yang kemudian melanjutkan estafet kepemimpinan klub juga terjadi di Barcelona ketika Tito Vilanova menggantikan Pep Guardiola. Namun, hubungan mereka dikabarkan tak harmonis. Bahkan, ketika Vilanova berjuang dengan penyakit kankernya, keduanya tak saling bertemu.

Pelatih timnas Spanyol, Luis Enrique, juga dikabarkan mempunyai hubungan kurang harmonis dengan asisten pelatihnya, Robert Moreno, selama kualifikasi Euro 2020. Hal itu terjadi ketika Moreno dikabarkan berharap ditunjuk sebagai pelatih setelah Enrique istirahat selama merawat putrinya yang sakit.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement