Sabtu 06 Jun 2020 11:41 WIB
Edisi Syawal

Kisah Az-Zubair, Sang Pengikut Setia Rasulullah

Salah satu pengikut setia Rasulullah adalah Az-Zubair.

Rep: Rizky Suryarandika./ Red: Muhammad Hafil
Kisah Az-Zubair, Sang Pengikut Setia Rasulullah . Foto: Sahabat Nabi (Ilustrasi)
Foto: Republika
Kisah Az-Zubair, Sang Pengikut Setia Rasulullah . Foto: Sahabat Nabi (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Membicarakan Thalhah bin Ubaidillah tak bisa dipisahkan dengan Az-Zubair bin Al-Awwam, begitu pun sebaliknya. Ketika Rasululloh mempersaudarakan para sahabatnya di Makkah sebelum hijrah, Thalhah dan Az-Zubair turut di dalamnya.

Dikutip dari Biografi 60 Sahabat Nabi karya Khalid Muhammad Khalid, disebutkan bahwa Rasululloh SAW memperbincangkan keduanya secara bersamaan. Mereka berdua memang berhimpun bersama Rasululloh dalam kerabat dan keturunan. Nasab Thalhah bertemu nasab Rasul pada Murrah bin Ka'Ab. Sedangkan nasab Az-Zubair bertemu nasab Rasul pada Qusai bin Kilab, selain ibunya (Shafiyah) merupakan bibi Rasul dari garis keturunan ayah.

Baca Juga

"Thalhah dan Az-Zubair adalah tetanggaku di surga," tulis sabda Rasul.

Thalhah dan Az-Zubair merupakan sejoli yang paling banyak kesamaan dalam persoalan kehidupan dunia. Keduanya punya banyak persamaan dalam kekayaan, kedermawanan, keteguhan beragama dan keberanian. Keduanya pun sama-sama golongan yang pertama masuk Islam sekaligus diberi kabar masuk surga.

Dari catatan sejarah, Az-Zubair masuk Islam lebih dulu dari Thalhah ketika baru berusia 15 tahun. Di usia belia, Az-Zubair telah mendapat cahaya dan petunjuk agar memeluk Islam.

Az-Zubair masuk kategori perintis Islam yang memainkan perannya di rumah Al-Arqam, tempat Islam membesar. Maklum saja, saat itu pemeluk Islam masih sedikit sehingga kaum Muslimin sering bersembunyi disana. Walau begitu, disebut-sebut ahli sejarah bawah pedang pertama yang dihunuskan untuk membela Islam adalah pedang milik Az-Zubair.

Kecintaan Az-Zubair pada Rasul sungguh luar biasa layaknya pengikut setia. Az-Zubair mengamuk saat pernah mendengar kabar meninggalnya Rasul. Az-Zubair mengacungkan pedangnya lalu berjalan-jalan di kota Makkah layaknya badai. Usia saat itu padahal masih remaja.

Az-Zubair tak langsung mengayunkan pedang secara membabi buta pada kaum Quraisy. Ia berusaha memastikan berita itu sebelum berniat membantai Quraisy sampai dirinya mati.

Sebelum niat itu terlaksana, Az-Zubair akhirnya bertemu Rasul di dataran tinggi Mekkah. Rasul merasa heran dengan tingkah Az-Zubair yang membawa pedang. Mendapati Rasul masih hidup, Az-Zubair memperoleh kembali ketenangannya.

Seperti halnya Thalhah, Az-Zubair juga seorang bangsawan dari kaumnya yang mendapat penyiksaan dari kaum Quraisy. Mirisnya lagi,  pamannya sendiri yang mengomandoi penyiksaan terhadap dirinya.

Dalam suatu kisah, Az-Zubair pernah disekap dalam kurungan. Kemudian, asap dihembuskan ke kurungan itu agar Az-Zubair kesulitan bernafas. Paman Az-Zubair meminta agar meninggalkan Islam dan Rasul sebagai ganti keselamatannya.

"Tidak, demi Allah aku tak akan kembali kepada kekafiran untuk selama-lamanya," jawab Az-Zubair.

Az-Zubair diketahui turut hijrah ke Habasyah pertama dan kedua. Kemudian ia kembali menyertai semua peperangan bersama Rasul tanpa ada satu pun yang absen. Semua perang itu menghasilkan luka pada tubuhnya. Tak sedikit dari luka-luka itu berbekas setelah sembuh menandakan bagaimana kepahlawanan dan keperkasaan Az-Zubair.

Salah seorang sahabat Az-Zubair pernah meriwayatkan cerita tentang luka-luka ini. Sang sahabat yang tak disebutkan namanya mengaku kaget ketika melihat luka di tubuh Az-Zubair. Ia belum pernah menyaksikan luka pada tubuh manusia seperti halnya dialami Az-Zubair.

"Aku pernah menemani Az-Zubair bin Al-Awwam dan menyaksikan tubuhnya. Aku melihat banyak luka goresan pedang, dan di dadanya terdapat bekas luka tusukan lembing dan anak panah," ungkap sahabat Az-Zubair yang dikutip dalam buku Muhammad Khalid.

Az-Zubair juga ikut berperan dalam perang Uhud. Az-Zubair dan Abu Bakar diutus Rasul untuk menghalau tentara Quraisy setelah perang Uhud selesai. Rasul ingin kedua sahabatnya memimpin pasukan agar menunjukkan seolah kaum Muslimin masih punya kekuatan. Dengan siasat itu diharapkan Quraisy tak berpikir kembali lagi ke Madinah untuk melanjutkan pertempuran.

Setidaknya 70 pasukan bergerak bersama Az-Zubair dan Abu Bakar. Mereka tak gentar walau sebenarnya berusaha menghalau pasukan Quraisy yang tengah dilanda euforia kemenangan di perang Uhud.

Tapi siasat itu terbukti ampuh membuat pasukan Quraisy berpikir pasukan Az-Zubair hanya sekedar pasukan pembuka. Pasukan Quraisy dibuat berpikir bahwa masih ada pasukan lain yang datang jadi bala bantuan pasukan Az-Zubair. Akhirnya pasukan Quraisy malah mempercepat langkahnya pulang ke Mekkah karena takut digulung pasukan kaum Muslimin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement