Sabtu 06 Jun 2020 03:45 WIB

Komunitas Adat di Kayan Mentarang Menangkan Equator Prize

Komunitas Adat di Kayan Mentarang jadi salah satu penerima Equator Prize 2020.

Suasana pegunungan dan hamparan sawah di desa Long Midang, Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.
Foto: M Agung Rajasa/Antara
Suasana pegunungan dan hamparan sawah di desa Long Midang, Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup Sedunia Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) dan para mitranya menobatkan Forum Musyawarah Masyarakat Adat Taman Nasional Kayan Mentarang sebagai salah satu penerima Equator Prize 2020.

Terdiri dari 11 kelompok adat yang tersebar di areal seluas 20.000 kilometer persegi (km2), Forum Musyawarah Masyarakat Adat Taman Nasional Kayan Mentarang (FoMMA) berhasil mengadvokasi pengaturan pengelolaan kolaboratif pertama untuk Taman Nasional di Indonesia, di mana pemerintah dan otoritas adat memutuskan bersama tentang pengelolaan dan akses sumber daya dan penggunaan hak-hak adat.

“Ketika alam kita menghadapi berbagai tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, Equator Prize menampilkan berbagai solusi berbasis alam yang luar biasa yang dipelopori oleh komunitas lokal dan masyarakat adat,” kata Administrator UNDP Achim Steiner dalam keterangan tertulisnya diterima di Jakarta, Jumat (5/6).

Ketika negara-negara bergerak untuk membangun kembali dengan lebih baik setelah pandemi Covid-19, Steiner mengatakan memang cara-cara inovatif untuk melindungi ekosistem, keanekaragaman hayati dan mengatasi perubahan iklim ini menjadi lebih penting daripada sebelumnya.

“Saya berharap bahwa upaya luar biasa dari pemenang Equator Prize akan memberikan efek yang meluas di seluruh dunia,” ujar dia.

Equator Prize memberi pengharggan kepada 10 komunitas lokal dan adat dari seluruh dunia. Organisasi pemenang menunjukkan solusi inovatif berbasis alam untuk mengatasi kehilangan keanekaragaman hayati dan perubahan iklim.

Selama bertahun-tahun, para pemenang Equator Prize yang mewakili komunitas adat telah mendorong untuk mengadopsi cara yang lebih baik untuk hidup berdampingan dengan alam, mengakui dan menghormati hubungan antara kesehatan manusia dan Bumi.

Pemenang Equator Prize masing-masing akan menerima 10.000 dolar AS dan kesempatan untuk bergabung dengan serangkaian acara khusus yang terkait dengan Majelis Umum PBB, KTT Alam PBB dan Pekan Iklim Global pada akhir September.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement