Jumat 05 Jun 2020 15:34 WIB

Kreativitas Guru Tentukan Kualitas Pendidikan Saat Pandemi

Pandemi pasti akan menurunkan kualitas pendidikan anak.

Dua anak menonton video belajar digital dari rumah di Bandung, Jawa Barat. Guru dituntut lebih kreatif agar pendidikan murid bisa tetap terjaga kualitasnya.
Foto: Antara/M Agung Rajasa
Dua anak menonton video belajar digital dari rumah di Bandung, Jawa Barat. Guru dituntut lebih kreatif agar pendidikan murid bisa tetap terjaga kualitasnya.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pakar pendidikan sekaligus penasihat Dewan Pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta, Wuryadi, mengatakan kreativitas guru sangat menentukan kualitas pendidikan di masa pandemi Covid-19.

"Di masa seperti ini kualitas pendidikan akan turun, itu harus kita sadari. Tetapi mungkin saja ada kreativitas guru yang muncul," kata Wuryadi di Yogyakarta, Jumat (5/6).

Baca Juga

Menurut Wuryadi, selain menuntut kesiapan guru dan murid, metode belajar mengajar secara dalam jaringan (daring) tidak efektif karena hanya bersifat satu arah. Kebanyakan juga hanya memberikan tugas kepada siswa.

"Interaksi lebih banyak satu arah. Kebanyakan guru hanya menyediakan tugas-tugas, sampai ada murid yang mengeluh bosan," kata dia.

Bahkan, kata dia, sebagian murid ada yang merasa tugas yang diberikan guru cukup berat padahal hanya berupa pilihan ganda. Ia mengatakan jika proses belajar mengajar hanya bersifat memberikan dan mengerjakan tugas semata maka aspek pendidikannya belum tercapai. Sebab, selain melibatkan dialog dua arah, pendidikan harus memadukan antara pikiran dan perasaan siswa.

"Dalam mendidik guru harus memberi arahan bagaimana murid sampai pada situasi dan kondisi di mana mereka tidak hanya menggunakan otak tapi juga hatinya," kata dia.

Kendati sulit diwujudkan, Wuryadi memiliki keyakinan bahwa kreativitas para guru di Tanah Air akan bermunculan di tengah tekanan seperti ini. "Saya sangat optimistis dari segala macam tekanan yang kita alami akan muncul ide-ide kreatif para pendidik," kata Wuryadi.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud, Iwan Syahril mengatakan pada era normal baru prioritas utama adalah keamanan, kesehatan, dan keselamatan siswa dan guru. "Kalau daerahnya aman, tapi sekolah tidak aman, sekolah dilarang melaksanakan pembelajaran yang mengumpulkan massa. Begitu juga kalau komunitas sekolah menyampaikan tidak aman, tidak perlu dibuka," kata Iwan.

Menutup sekolah, katanya, bukan berarti pembelajaran tidak terjadi. Pilihannya bisa melaksanakan belajar dari rumah, baik secara daring, luring, atau blended. Yang terpenting orientasi pembelajarannya berdasar pada kebutuhan siswa.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement