Jumat 05 Jun 2020 11:39 WIB

Tiga Kabupaten di Sumsel Nyatakan Siaga Karhutla

Terdapat 10 wilayah yang paling berpotensi karhutla, tapi baru 3 yang nyatakan siaga

Kebakaran hutan dan lahan (ilustrasi). Tiga kabupaten di Sumatera Selatan telah menyatakan status siaga kebakaran hutan dan lahan pada 2020. Status itu ditetapkan untuk mengantisipasi bencana yang hampir muncul setiap tahun tersebut.
Foto: Antara/Nyoman Hendra Wibowo
Kebakaran hutan dan lahan (ilustrasi). Tiga kabupaten di Sumatera Selatan telah menyatakan status siaga kebakaran hutan dan lahan pada 2020. Status itu ditetapkan untuk mengantisipasi bencana yang hampir muncul setiap tahun tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Tiga kabupaten di Sumatera Selatan telah menyatakan status siaga kebakaran hutan dan lahan pada 2020. Status itu ditetapkan untuk mengantisipasi bencana yang hampir muncul setiap tahun tersebut.

Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel Ansori mengatakan sebetulnya seluruh wilayah Sumsel berpotensi terjadi kebakaran hutan dan lahan. Namun, baru tiga yang menyatakan status itu, yakni Kabupaten Musi Banyuasin, Ogan Ilir dan Lahat.

"Seluruh wilayah di Sumsel sebenarnya berpotensi terjadi kebakaran hutan, kebun dan lahan, namun sementara ini baru tiga wilayah itu yang menyatakan status siaga," ujarnya, Jumat (5/6).

Menurut dia, ketiga kabupaten itu akan membuat posko penanggulangan jika ekskalasi kebakaran lahan semakin meluas saat musim kemarau 2020. Kesiagaan daerah sangat penting disiapkan mengingat Bumi Sriwijaya belum terlalu lama pulih dari Karhutla terparah saat kemarau 2019.

Dari 17 kabupaten/kota di Sumsel, kata dia, terdapat 10 wilayah yang paling berpotensi mengalami Karhutla. Kesepuluhnya ialah Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Ogan Ilir, Musi Banyuasin, Muara Enim, Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Ogan Komering Ulu (OKU), Musi Rawas, OKU Timur, Musi Rawas Utara dan Banyuasin.

Potensi Karhutla terjadi karena wilayah tersebut memiliki lahan gambut, kebakaran sendiri timbul akibat ulah manusia yang masih membuka lahan dengan cara membakar (sonor). Dengan cara itu, api dengan cepat dapat meluas jika ditiup angin kencang pada kondisi udara kering.

"Secara umum kami sudah siapkan upaya-upaya pengendalian Karhutla, seperti penambahan citra satelit untuk memantau titik api," jelasnya.

Jika pada 2019 Satgas Sumsel mengandalkan tiga satelit (Aqua, Landsat-8, dan NOAA), maka pada antisipasi Karhutla 2020 satgas mengandalkan lima satelit yakni Aqua, Landsat-8, NOAA, SNPP dan Terra.

"Banyaknya satelit akan mempertajam akurasi titik api sehingga lebih cepat diverifikasi pos pemadam setempat dan segera dipadamkan," kata Ansori menambahkan.

Seperti pantauan sejak Januari hingga April 2020, kelima satelit itu telah mendapatkan citra adanya 1.113 titik api di Sumsel yang mayoritas berada di Kabupaten OKI. Dinas Kehutanan Sumsel mencatat 428.356 hektare hutan dan lahan hangus terbakar selama rentang Januari-November 2019, sebanyak 233.546 hektare atau 54,52 persen di antaranya terjadi di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI).

Pemprov Sumsel sendiri telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 37 miliar sebagai antisipasi kebakaran hutan dan lahan selama 2020. 

Sementara Kasi Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Kenten Palembang, Nandang Pangaribowo, mengatakan musim kemarau 2020 diprediksi masuk ke Sumsel pada periode Juni. Jadwal itu mundur dari prediksi normal sebelumnya yakni Mei.

"Prakiraan awal musim kemarau wilayah Sumsel secara umum mundur pada Juni dasarian I-Juni dasarian III," kata Nandang.

BMKG juga memprediksi musim kemarau di wilayah Sumatera Selatan pada 2020 akan lebih basah dibanding 2019 berdasarkan permodelan sifat hujan yang telah dianalisis, yakni musim kemarau tahun ini akan lebih banyak hujan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement