Kamis 04 Jun 2020 19:36 WIB

Kelola Blok Rokan, Pertamina Butuh Sosok Pemimpin Kompeten

Mulai 2021, pengelolaan Blok Rokan akan dipegang oleh Pertamina.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Blok Rokan, Riau
Foto: migas.bisbak.com
Blok Rokan, Riau

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) dinilai membutuhkan pimpinan yang mumpuni di sektor hulu minyak dan gas. Apalagi mulai 2021, Pertamina akan memegang peranan pasca mengelola Blok Rokan, kontributor produksi nomor dua terbesar minyak nasional setelah Blok Cepu.

Dengan mengelola Blok Rokan, Pertamina akan menjadi kontributor utama produksi minyak dan gas gas nasional. Pertamina sebelumnya juga telah mengelola Blok Mahakam, kontributor utama gas nasional.

Baca Juga

Tutuka Ariadji, Guru Besar Teknik Perminyakan Institut Teknologi Bandung, mengatakan Pertamina akan menghadapi permasalahan teknis kelas dunia seiring masuknya Blok Rokan. Pasalnya, Lapangan Minas memiliki permasalahan teknis kelas dunia.

“Permasalahannya kelas dunia, untuk itu perlu leader di Pertamina yang bisa melihat teknologi yang dibutuhkan untuk mengatasinya. Leader-nya memang perlu mengetahui politik, tapi jika tidak menguasai teknologi yang dibutuhkan, buat apa,” kata Tutuka dalam diskusi virtual yang diselenggarakan Energy and Mining Editor Society (E2S) di Jakarta, Kamis (4/6).

Tutuka menegaskan pimpinan yang dibutuhkan Pertamina adalah yang bisa membawanya menjadi perusahaan kelas dunia karena masalah yang dihadapi juga kelas dunia. “Kalau dari sisi manusia Indonesia saya yakin punya reputasi yang baik, sekarang masalahnya di manajemen,” katanya.

Komaidi Notonegoro, Direktur ReforMiner Institute, menambahkan Pertamina membutuhkan sosok yang unik, tidak hanya pintar tapi juga mengerti. Salah satu standar utama adalah kompetensi yang mumpuni dan harus bisa diterima dan berkomunikasi dengan banyak pihak.

“Paling tidak bisa berkomunikasi dengan Kementerian ESDM, BUMN, Keuangan dan yang lebih unik bisa komunikasi dengan DPR,” kata Komaidi.

Menurut Julius Wiratno, Deputi Operasi SKK Migas, pimpinan di hulu migas, termasuk di Pertamina, tidak hanya harus mengerti soal teknis, tapi juga kemampuan adaptif dalam suatu kasus. Tidak hanya mementingkan sektor saja, tapi juga harus melihat lebih luas lagi.

“Butuh sosok yang bisa melihat jangka panjang. Lebih makro akan lebih survive. Jadi harus mempunyai kemampuan prediksi ke depan,” katanya.

Menurut Julius, Pertamina memiliki banyak anak usahanya, yang sebagian pimpinannya akan memasuki masa pensiun. Namun usia pensiun tidak berarti tidak produktif lagi. Pertamina merupakan perusahaan besar dan BUMN.

Semakin tinggi posisi, CEO atau direksi harus punya view yang lebih luas, tidak hanya teknis saja. Karena mau tidak mau berhubungan dengan nonteknis.

“Idealisme yang kuat di teknis bisa terkalahkan dengan soal lain. Untuk itu harus berani. Pertamina itu pelat merah, kalau terlalu idealis, bisa mati juga. Jadi leader di Pertamina tidak hanya harus pintar, tapi pintar-pintar,” kata Julius.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement