Kamis 04 Jun 2020 17:42 WIB

Liga 1 dan 2 Jangan Dilanjutkan, Ini Alasannya

banyak hal yang dipertaruhkan jika PSSI bersikeras menggelar Liga 1 dan Liga 2

Rep: Afrizal Rosikhul Ilmi/ Red: Muhammad Akbar
Persib Bandung Menang. Penyerang Persib Bandung Wander Luiz (tengah) berebut bola dengan pemain PSS Sleman pada pertandingan Shopee Liga 1 2020 di Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, Ahad (15/3).
Foto: Abdan Syakura
Persib Bandung Menang. Penyerang Persib Bandung Wander Luiz (tengah) berebut bola dengan pemain PSS Sleman pada pertandingan Shopee Liga 1 2020 di Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, Ahad (15/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat sepak bola nasional, Miftakhul Fahamsyah menilai rencana Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) untuk melanjutkan kompetisi musim 2020 dinilai tidak tepat.

Menurutnya, banyak hal yang dipertaruhkan jika PSSI bersikeras menggelar Liga 1 dan Liga 2 di tengah ketidakpastian pandemi virus Corona. Akan lebih baik, kata dia, jika PSSI menghentikan sepenuhnya kompetisi musim 2020 dan mengalihkan fokus untuk mempersiapkan musim 2021 juga gelaran Piala Dunia U-20.

"Liga musim 2020 seharusnya dihentikan saja, pertimbangan besarnya tentu soal kesehatan dan keselamatan banyak orang," kata Miftakhul saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (4/6).

Sebelumnya, PSSI berencana untuk menyelesaikan Liga 1 dan 2 musim 2020 yang rencananya akan digelar pada September atau Oktober mendatang. Bedanya, kali ini tidak ada degradasi baik di Liga 1 ke Liga 2 maupun Liga 2 ke Liga 3.

Selain itu, semua pertandingan rencananya akan digelar di satu wilayah, dan Pulau Jawa menjadi tempat yang menurut PSSI ideal untuk menggelar kompetisi tersebut. Padahal hingga saat ini, Pulau Jawa tercatat sebagai wilayah terbanyak kasus positif Covid-19, khususnya di DKI Jakarta dan Jawa Timur.

Dengan kondisi seperti ini, kata Miftakhul, tidak ada yang bisa menjamin keselamatan semua orang. Miftakhul mencontohkan, saat ini masing-masing tim punya 31 laga tersisa, maka kecil kemungkinan para suporter tidak akan mencoba sekali pun datang ke tempat di mana laga tersebut digelar.

"Mungkin satu-dua kali bisa tahan, tapi lama-kelamaan hasrat mereka untuk menonton tidak tertahankan lagi," kata dia.

Selain itu, Miftahul mengatakan PSSI seharusnya belajar dari pengalaman pada Piala Gubernur Jatim 2020 kemarin saat terjadi bentrokan antar dua kubu suporter, yakni antara Aremania dan Bonek di Blitar.

Menurutnya, jika pertandingan digelar di satu wilayah yang tidak bisa disebut wilayah netral karena masih dapat dijangkau oleh suporter, justru akan lebih bernahaya dari segi kemanan.

"Jika kedua kubu suporter dengan rivalitas tinggi ingin datang ke lokasi pertandingan, lalu siapa yang bisa menjamin keamanan di sepanjang perjalanan antar kota yang dilalui kedua kubu suporter," tanyanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement