Kamis 04 Jun 2020 10:40 WIB

Akadimisi UI: Eskpor Pertanian Berpotensi Meningkat Tajam

Menurut BPS ekspor pertanian naik 12,66 persen dengan transaksi 0,28 miliar dolar AS

Pekerja menata sayuran sawi hasil panen yang melimpah di Tumpang, Malang, Jawa Timur, Senin (1/6/2020). Kementerian Pertanian mencatat melimpahnya produksi sayuran yang terjadi di saat pandemi COVID-19 justru membuka peluang untuk ekspor sehingga bisa meningkatkan neraca perdagangan komoditas pertanian yang pada periode Januari-Maret 2020 sudah mengalami surplus 164 juta dollar AS terhadap China
Foto: ANTARA/ARI BOWO SUCIPTO
Pekerja menata sayuran sawi hasil panen yang melimpah di Tumpang, Malang, Jawa Timur, Senin (1/6/2020). Kementerian Pertanian mencatat melimpahnya produksi sayuran yang terjadi di saat pandemi COVID-19 justru membuka peluang untuk ekspor sehingga bisa meningkatkan neraca perdagangan komoditas pertanian yang pada periode Januari-Maret 2020 sudah mengalami surplus 164 juta dollar AS terhadap China

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) Riyanto, menilai lalu lintas ekspor pertanian berpotensi meningkat tajam, terutama saat pasar eskpor dunia mulai kembali pulih dari pandemi Covid 19. Menurutnya, momentum tersebut harus dipersiapkan dengan baik oleh Kementerian Pertanian (Kementan).

"Nanti ketika pasar ekspor kembali pulih saya sangat optimistis bahwa nilai ekspor pertanian kita bisa jauh lebih meningkat dari yang sekarang. Apalagi disaat sektor lain melemah, justru sektor pertaian menunjukan peningkatan positif," ujar Riyanto, Kamis, (4/6).

Riyanto mengatakan, peningkatan ekspor juga diperkirakan merata dari subsektor komoditas perkebunan hingga komoditi lain seperti beras, produk olahan kopi dan subsektor peternakan.

"Komoditi lain seperti kopi, teh, lada, dan lain-lain sebenarnya bisa lebih mendukung peningkatan ekspor. Khusus untuk kopi jenis kopi gayo sangat berpotensi sekali," katanya.

Meski demikian, kata Riyanto, terjadinya pandemi malah membuat ekspor kopi asal Indonesia tidak bisa melakukan eskpor besar ke beberapa coffe shop dan restorant di Amerika dan Eropa. Kondisi ini membuat permintaan ekspor cenderung menurun.

Oleh sebab itu, lanjut Riyanto, jalan yang paling efektif adalah dengan memanfaatkan lahan pekarangan rumah dan mengeloka produk pertanian yang ada. Apalagi, indonesia merupakan negara tropis dengan cayaha matahari yang cukup dan iklim yang bagus. Kondisi ini sangat mendukung suburnya setiap tanaman yang ditanam.

"Dengan demikian peningkatan ekspor pertanian tidak hanya menjadi hisapan jempol belaka. Kita dorong terus  bersama dengan agro industri sehingga bisa mencapai 30 persen lebih peningkatan ekspornya. Harus percaya bahwa Indonesia akan menjadi negara maju jika sektor pertaniannya kuat," katanya.

Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis nilai ekspor pertanian mengalami kenaikan sebesar 12,66 persen (yoy) dengan nilai transaksi sebesar 0,28 miliar USD. Kenaikan di sektor pertanian membuat total ekspor Indonesia secara kumulatif mencapai 53,95 miliar USD, atau naik sebesar 0,44 persen (yoy).

Sepanjang bulan Januari-April lalu, ekspor hasil pertanian juga meningkat sebesar 15,15 persen. Capaian ini lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement