Rabu 03 Jun 2020 13:47 WIB

Detik-Detik Pembunuhan Keji Penyandang Autis oleh Israel

Warganet membandingkan pembunuhan Iyad Halak dengan George Floyd di AS.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Polisi Israel (ilustrasi).
Foto: REUTERS / Mohamad Torokman
Polisi Israel (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Polisi Israel menembak mati seorang pria Palestina penyandang autisme di Yerusalem Timur pada Sabtu pekan lalu. Penembakan ini menuai kecaman luas, bahkan beberapa warganet di media sosial membandingkan kematian Iyad Halak (32 tahun) dengan kematian George Floyd di Amerika Serikat (AS).

Halak ditembak ketika dia sedang menuju ke sekolah berkebutuhan khusus untuk belajar setiap harinya. Polisi menembak Halak karena dia dicurigai membawa senjata. "Mereka membunuhnya dengan darah dingin," ujar ibu Halak, Rana kepada Channel 12 TV.

Baca Juga

Dalam sebuah pernyataan, polisi Israel mengatakan, mereka melihat Halak memegang sebuah benda mencurigakan seperti pistol. Polisi meminta Halak untuk berhenti namun dia tidak mematuhi perintah tersebut. Channel 12 melaporkan, anggota pasukan polisi perbatasan paramiliter Israel menembak kaki Halak dan mengejarnya hingga ke jalan buntu.

Seorang perwira polisi senior memerintahkan untuk menghentikan tembakan ketika mereka masuk ke lorong jalan buntu. Namun perwira polisi lainnya tidak mendengarkan perintah itu dan menembakkan sekitar enam atau tujuh peluru dari senapan M-16 ke arah Halak hingga dia meninggal dunia.

Juru bicara kepolisian, Micky Rosenfeld mengatakan, petugas tidak menemukan senjata di tubuh Halak. Kedua petugas polisi yang menembak dan mengejar Halak telah ditahan dan diinterogasi selama beberapa jam. Dalam sebuah video dari Associated Press, terdapat tiga lubang peluru di dinding yang berada di ujung gang.

Ayah Halak, Kheiri mengatakan, setelah penembakan polisi menggrebek kediaman mereka. Namun, polisi tidak menemukan apapun yang mengarah bahwa Halak akan berbuat kejahatan. "Mereka tidak menemukan apa-apa," ujar Kheiri.

Palestina dan sejumlah kelompok hak asasi manusia telah lama menuding pasukan keamanan Israel menggunakan kekuatan berlebihan dalam beberapa kasus. Mereka membunuh individu atau menggunakan kekuatan mematikan ketika nyawa mereka tidak dalam bahaya.

"Kita harus memastikan bahwa polisi itu akan duduk di dalam penjara. Keadilan harus ditegakkan untuk keluarga Halak, teman-teman mereka dan orang-orang Palestina lainnya yang menginginkan kebebasan dan kemerdekaan," ujar pemimpin partai utama Arab, Ayman Odeh, dalam cicitannya di Twitter.

Di media sosial, beberapa aktivis pro-Palestina membandingkan penembakan halak dengan pembunuhan seorang pria Afrika-Amerika, George Floyd di Minnesota. Floyd meninggal dunia karena lehernya ditekan oleh lutut seorang perwira polisi kulit putih dalam sebuah penangkapan. Floyd berulang kali meronta bahwa dia kehabisan nafas, namun petugas tersebut mengabaikannya. Tragedi ini memicu aksi protes keras di sejumlah negara bagian AS, bahkan meluas ke negara lain.

Pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid yang memiliki putri penyandang autisme mengatakan, kematian Halak sangat memilukan. "Kematian seorang anak muda dengan kebutuhan khusus ini sangat memilukan, dan semua orang Israel menundukkan kepala mereka. Ini bukan cara kami," ujarnya dalam cicitan di Twitter.

Di Yerusalem barat, sekitar 150 orang turun ke jalan untuk menggelar aksi protes terhadap penembakan Halak. Merkea menentang kekerasan yang dilakukan oleh polisi terhadap seorang warga yang tidak bersalah. "Seorang polisi yang kejam harus tetap di dalam," teriak mereka dalam bahasa Ibrani. Sementara, aksi protes skala kecil terjadi di Tel Aviv dengan sebuah poster yang bertuliskan, "Kehidupan Palestina Penting".

Menteri Pertahanan Israel, Benny Gantz telah meminta maaf atas tragedi penembakan itu. Dia menyatakan permintaan maafnya dalam pertemuan mingguan Kabinet Israel. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang duduk di dekat Gantz tidak menyinggung insiden penembakan tersebut selama pertemuan.

"Kami benar-benar menyesal tentang insiden di mana Iyad Halak ditembak mati dan kami turut berbela sungkawa. Saya yakin masalah ini akan diselidiki dengan cepat dan kesimpulan akan tercapai," ujar Gantz.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement