Rabu 03 Jun 2020 13:21 WIB

DPRD Surabaya Pertanyakan Penggunaan Anggaran Covid-19

Anggota DPRD nilai penggunaan Rp196 miliar untuk Covid-19 di Surabaya belum terlihat

Polisi melakukan penyekatan di pos pemeriksaan (check point) Bundaran Waru, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (26/5/2020). Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di wilayah Surabaya Raya yaitu Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Gresik diperpanjang kembali terhitung mulai 26 Mei 2020 hingga 8 Juni 2020
Foto: ANTARA/Didik Suhartono
Polisi melakukan penyekatan di pos pemeriksaan (check point) Bundaran Waru, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (26/5/2020). Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di wilayah Surabaya Raya yaitu Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Gresik diperpanjang kembali terhitung mulai 26 Mei 2020 hingga 8 Juni 2020

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA - Komisi A Bidang Hukum dan Pemerintahan DPRD Kota Surabaya mempertanyakan penggunaan anggaran penanganan Covid-19 yang telah dianggarkan melalui APBD Surabaya sebesar Rp196 miliar.

Anggota Komisi A DPRD Surabaya M Machmud mengatakan dalam teleconference Pemkot Surabaya dengan DPRD Surabaya pada Maret 2020, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyatakan telah menganggarkan Rp196 miliar untuk penanganan Covid-19 di Surabaya.

"Tapi sampai sekarang belum terlihat penggunaan anggaran itu," kata Machmud, Rabu (3/6).

Menurut dia, selama ini banyak bantuan penanganan Covid-19 dari sejumlah pihak baik dari instansi pemerintahan maupun swasta serta perorangan mengalir ke Pemkot Surabaya. Dengan demikian, lanjut dia, anggaran yang telah disediakan tidak terpakai banyak.

Selama ini, kata dia, DPRD Surabaya hanya diberi lembaran kertas sebagai formalitas laporan penerimaan bantuan penanganan Covid-19 dari berbagai pihak termasuk para pengusaha dan didisitribusikan ke mana saja bantuan itu.

"Sampai sekarang belum ada laporan penggunaan APBD, yang dipakai sudah berapa dan untuk apa saja. Saya malah dapat laporan katanya banyak sembako yang menumpuk di kantor kecamatan," katanya.

Mantan Ketua DPRD Surabaya ini menilai Pemkot Surabaya selama ini terkesan hanya menunggu bantuan-bantuan saja untuk membantu warga Surabaya di tengah pandemi Covid-19.

"Sebenarnya siapa yang menyelesaikan masalah ini, pemkot apa pengusaha," ujarnya.

Bahkan, menurut politikus Parta Demokrat ini, ada saran dari beberapa pihak agar Pemkot Surabaya membeli mobil laboratorium PCR karena lambatnya penanganan pandemi Covid-19 selama tiga bulan terakhir ini. Untuk itu, Machmud meminta Pemkot Surabaya agar lebih fokus dalam penanganan Covid-19 menyusul angka kasus warga yang positif Covid-19 di Surabaya sampai ini masih bertambah.

"Kami berharap agar pemkot fokus penyembuhan pasien Covid-19 dan menekan angka kematian akibat Covid-19," katanya.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sebelumnya mengatakan Pemkot Surabaya telah melakukan berbagai upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di Surabaya, salah satunya dengan menekankan tracing (pelacakan) dan pemetaan suatu wilayah secara masif.

"Ketika pertama kali menerima data seseorang dinyatakan positif Covid-19, maka yang dilakukan saat itu adalah melakukan tracing. Jadi kami punya beberapa klaster yang ada di Surabaya. Kita tracing, siapa dia, ketemu di mana, kemudian siapa saja di situ," kata Risma.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement