Rabu 03 Jun 2020 14:03 WIB

Petani Penyangga Tatanan Negeri

Kebijakan pemerintah tidak memusuhi dan menelantarkan nasib petani nasional.

Darmawan Setyobudi, Kepala Subbagian Analisis Data, Biro Perencanaan, Kementerian Pertanian.
Foto: Dokumentasi Pribadi
Darmawan Setyobudi, Kepala Subbagian Analisis Data, Biro Perencanaan, Kementerian Pertanian.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Darmawan Setyobudi, Kepala Subbagian Analisis Data, Biro Perencanaan, Kementerian Pertanian

Kunci sukses negara agraris adalah pemimpin bisa menyatu dan dekat dengan petani. Tanpa empati, kebijakan pertanian justru malah mematikan kehidupan petani. Kebijakan pemerintah tidak memusuhi dan menelantarkan nasib petani nasional. Saat ini, mayoritas petani nasional membutuhkan sentuhan dan perhatian lebih.

Apakah saat ini petani kurang mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah? Inilah tugas kita semua untuk mengelaborasi agar ada keperpihakan pemerintah dan stakeholder di bangsa ini untuk saling bersinergi mendukung petani.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam berbagai kesempatan menegaskan tugas negara adalah menyediakan pangan bagai rakyat dalam keadaan genting apa pun. Sinergi antarpihak menjadi kunci penyediaan pangan secara mandiri atau berdaulat.

Di awal era kemerdekaan bangsa Indonesia, pemerintah dan stakeholder mampu menggabungkan logika dengan olah rasa. Dengan begitu, bisa memposisikan diri bagaimana menjadi rakyat yang butuh makan, dan tahu apa yang harus dilakukan untuk memenuhi tugas itu.

Logika petani amat sederhana, jadilah bagian dari mereka, berikan teladan sederhana, bangkitkan harapan untuk bisa menjadi pejuang kemandirian ekonomi bangsa sebagai basis kekuatan ekonomi kerakyatan. Karena itu, tumbuhkan keyakinan bahwa kita bisa sejahtera bersama.

Hanya berbagi dan mencoba untuk mengetuk hati dan rasa kita bersama, apakah kita sudah kehilangan empati kepada kalangan petani? Jika kita gagal berempati dan merasakan kehidupan masyarakat petani maka kebijakan yang dihasilkan cenderung tidak pro-petani, bahkan malah mematikan nasib petani sendiri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement