Rabu 03 Jun 2020 10:48 WIB

Serangan Masjid, Siprus Pertanyakan Ekspos Berlebihan Turki

Siprus memastikan akan menindak para pelaku yang sudah terungkap identitasnya.

Rep: Rossi Handayani  / Red: Nashih Nashrullah
Siprus memastikan akan menindak para pelaku yang sudah terungkap identitasnya. Masjid terbakar di Siprus
Foto: irib
Siprus memastikan akan menindak para pelaku yang sudah terungkap identitasnya. Masjid terbakar di Siprus

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA – Ekspos berlebihan Ankara atas vandalisme di masjid Koprulu di Limassol, menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana bangunan agama Kristen diperlakukan di utara, pada Selasa (2/6). 

Juru Bicara Pemerintah Siprus, Kyriacos Kousios, menanggapi kecaman luas. Ini termasuk oleh Turki, atas vandalisme di masjid pada Ahad (31/5) malam ketika bom bensin dilemparkan ke dalam bangunan, sementara dinding luar dirusak dengan grafiti rasis terhadap Islam dan imigran.

Baca Juga

Adapun Siprus terbagi menjadi dua bagian negara, yakni Republik Siprus atau lebih dikenal sebagai Siprus Yunani, dan Turki Siprus yang terletak di utara.

Dilansir dari laman Cyprus Mail Rabu (3/6), Kousios mengatakan kepada penyiar negara bagian CyBC, bahwa tindakan seperti itu terhadap monumen keagamaan dapat dikutuk. 

Namun demikian, bagaimanapun ekspos berlebihan dari insiden oleh Turki memberi mereka hak untuk bertanya-tanya. Terkait dengan bagaimana Turki, dan kekuatan pendudukan telah berperilaku sehubungan dengan tempat-tempat suci di daerah yang diduduki. Kousios mengatakan, menurut informasi, perusakan dilakukan dua orang muda. Dia menyampaikan, tindakan mereka tidak boleh dianggap untuk mengungkapkan keinginan, dan pandangan dari rakyat. 

Insiden itu dikecam Presiden Siprus Nicos Anastasiades, pemimpin Siprus Turki Mustafa Akinci, lima pemimpin agama utama di pulau itu. Selain itu juga kementerian luar negeri Turki dan partai yang berkuasa. 

Kementerian Luar Negeri Turki menyebut serangan itu sebagai jahat dan keji. Mereka mendesak pemerintah Siprus untuk bertindak terhadap para pelaku sesegera mungkin.  

"Jelas bahwa retorika dan tindakan Islamofobia tidak akan berkontribusi pada upaya mencapai penyelesaian masalah Siprus. Tidak boleh dilupakan bahwa serangan seperti itu tidak hanya menargetkan Muslim tetapi juga menimbulkan ancaman umum bagi semua umat manusia," kata kata kementerian Turki.

Kousios mengatakan pada Senin (1/6), bahwa Anastasiades telah memberikan instruksi untuk penyelidikan kasus secara mendalam. Kemudian membawa mereka yang bertanggung jawab ke pengadilan.  

Wali Kota Limassol, Nicos Nicolaides mengunjungi masjid pada Selasa bersama dengan pejabat kota lainnya. 

Dia menyatakan kesediaan untuk memasang kamera penerangan, dan keamanan untuk meningkatkan keamanan di daerah tersebut. 

Dia menyatakan, akan bertemu dengan kepala polisi Limassol, dan kepala layanan yang mengelola properti Siprus Turki dalam masalah ini.

"Fenomena semacam itu yang mempromosikan xenofobia dan rasisme adalah asing bagi kami karena kami adalah masyarakat yang ramah yang mendukung dan bergantung pada rasa saling menghormati dan kerja sama dari semua," kata Nicolaides.

Dia mengatakan, pemerintah akan melakukan segala yang mungkin untuk mencegah kekerasan, perilaku anti-sosial dan xenofobia di mana pun mereka berasal. Ini karena mereka berisiko terhadap kohesi sosial. Akinci, Perdana Menteri Siprus Turki, Ersin Tatar dan Menteri Luar Negeri Kudret Ozersay meminta pemerintah untuk menemukan pelakunya. 

Partai berkuasa Turki AKP juga mengutuk serangan itu, dan menyebut para pelaku sebagai musuh Islam. Juru bicara Partai, Omer Celik meminta pemerintah Siprus untuk mengambil tindakan terhadap kebijakan, dan media yang memicu kebencian terhadap Islamisme. Para pemimpin agama dari lima komunitas agama utama Siprus, Ortodoks Yunani, Muslim, Ortodoks Armenia, Maronit, dan Katolik Latin, mengutuk semua tindakan vandalisme dan menyatakan rasa tidak hormat, yang dilakukan terhadap tempat-tempat suci.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement