Rabu 03 Jun 2020 08:55 WIB

Virus Ebola Kembali Menjangkit, Apa Obatnya?

Belum ada obat spesifik untuk mengatasi Ebola.

Rep: Mabruroh/ Red: Reiny Dwinanda
Petugas medis ebola bekerja di pusat kesehatan di Beni, Kongo bagian Timur. Ebola kembali muncul untuk ke-11 kalinya sejak pertama kali terdeteksi di Republik Kongo pada 1976.
Foto: AP Photo/Al-hadji Kudra Maliro
Petugas medis ebola bekerja di pusat kesehatan di Beni, Kongo bagian Timur. Ebola kembali muncul untuk ke-11 kalinya sejak pertama kali terdeteksi di Republik Kongo pada 1976.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI --  Penyakit akibat infeksi virus Ebola (EVD) kembali muncul di Republik Kongo. Pemerintah Republik Kongo telah mengkonfirmasi bahwa wabah virus mematikan tersebut terjadi di zona kesehatan Wangata di Provinsi Equateur.

WHO mengonfirmasikan bahwa sudah ada enam orang yang terinfeksi virus Ebola di Wangata. Empat orang korban dinyatakan telah meninggal dan dua lainnya masih dalam perawatan.

Baca Juga

Virus Ebola pertama kali muncul Republik Kango pada 1976. Kasus saat ini merupakan kemunculan ke-11 di Kongo sejak virus Ebola pertama kali terdeteksi.

Lalu apa itu virus ebola, apa penyebabnya, dan bagaimana pengaruhnya terhadap tubuh? Dilansir Times Now News, virus Ebola adalah penyakit langka, namun mematikan.

Ketika memasuki tubuh manusia, virus Ebola akan menyerang sel-sel tertentu, seperti sistem kekebalan dan hati. Ia akan melemahkan sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan pendarahan hebat di dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kerusakan hampir di setiap organ.

Virus Ebola diduga berasal dari kelelawar yang kemudian menyebar pada hewan lain yang memiliki sistem imun yang lemah. Virus ini menyebar melalui kontak dengan kulit atau cairan tubuh hewan yang terinfeksi.

Virus Ebola juga dapat menyebar dari manusia ke manusia termasuk jika berkontak dengan mayat yang sebelumnya terinfeksi Ebola. Virus ini juga terdeteksi pada sperma dari orang yang telah dinyatakan pulih dari Ebola.

Ini menunjukkan bahwa virus dapat tetap berada dalam cairan tubuh tertentu seperti sperma meskipun pasien tidak lagi memiliki gejala. Namun, tidak ada bukti bahwa virus dapat ditularkan melalui hubungan seks atau kontak lain dengan cairan vagina dari seorang perempuan yang menderita penyakit tersebut.

Ketika terinfeksi virus Ebola, orang akan merasakan gejala demam, sakit kepala, nyeri otot dan sendi, sakit perut, sakit tenggorokan, ruam kulit, merasa lemah dan lesu, muntah, dan kurang nafsu makan. Dalam beberapa kasus, virus ini juga dapat menyebabkan pendarahan pada mata, telinga, hidung, di dalam tubuh, diare berdarah, dan batuk berdarah.

Pengobatan virus Ebola secara spesifik belum ditemukan. Sementara ini, pasien hanya disokong dengan serum percobaan untuk membantu menghancurkan sel yang terinfeksi. Upaya itu juga dibarengi dengan perawatan dasar seperti pemberian oksigen, obat tekanan darah, cairan dan elektrolit, dan infus darah.

Mengenai vaksin Ebola, pengembangan vaksin hingga ke tahap izin edar masih terus berjalan. Kendati demikian, FDA telah menyetujui penggunaan vaksin rVSV-ZEBOV atau Ervebo yang baru disahkan pada 19 Desember 2019 untuk konsumsi darurat.

Vaksin yang merupakan rejimen dosis tunggal ini dianggap aman dan melindungi pasien dengan spesies ebolavirus Zaire dari keluarga virus Ebola. 

Cara terbaik untuk mencegah terinfeksi penyakit ini adalah dengan menghindari bepergian ke daerah yang terjangkit wabah Ebola. Petugas kesehatan dan petugas pemakaman dapat menguburkan jenazah pasien Ebola dengan mematuhi prosedur pengendalian infeksi, seperti mengenakan pakaian pelindung, seperti sarung tangan, masker, serta pakaian panjang dan pelindung mata. Mereka yang terinfeksi harus isolasi dari orang lain.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement