Selasa 02 Jun 2020 18:00 WIB

Demo Berlanjut, Trump Ancam Kerahkan Militer

Donald Trump ancam akan kerahkan militer untuk hentikan demo George Floyd

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Presiden AS Donald Trump di depan Gereja St John. Donald Trump ancam akan kerahkan militer untuk hentikan demo George Floyd.
Foto: Al Jazeera
Presiden AS Donald Trump di depan Gereja St John. Donald Trump ancam akan kerahkan militer untuk hentikan demo George Floyd.

REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bersumpah mengerahkan militer AS untuk menghentikan demonstrasi atas kematian seorang pria kulit hitam Afrika-Amerika di tangan polisi Minneapolis. Petugas penegak hukum di berbagai kota di seluruh negara bagian AS sebelumnya menembakkan peluru karet dan gas air mata ke para demonstran. Kerusuhan pun tak terhindarkan.

"Wali kota dan gubernur harus membangun kehadiran penegakan hukum yang luar biasa sampai kekerasan diatasi," ujar Trump di Taman Mawar Gedung Putih dikutip kantor berita Reuters, Selasa.

Baca Juga

"Jika sebuah kota atau negara menolak untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk mempertahankan kehidupan dan properti penduduk mereka, maka saya akan mengerahkan militer AS dan dengan cepat menyelesaikan masalah bagi mereka," ujarnya menambahkan.

Setelah pidatonya, Trump berjalan dari Gedung Putih melalui area yang telah disterilkan untuknya ke Gereja Episkopal St. John. Di sana, ia memegang sebuah Alkitab dan berpose untuk berfoto bersama putrinya, Ivanka, dan Jaksa Agung AS William Barr.

Uskup ketua keuskupan Gereja Episkopal di Washington D. C., Michale Curry, termasuk di antara mereka yang mengkritik Trump yang berfoto di gereja bersejarah. "Dengan melakukan itu, dia menggunakan bangunan gereja dan Alkitab untuk tujuan politik partisan," katanya di Twitter. Gereja menderita kerusakan akibat kebakaran kecil selama protes pada Senin malam.

Pasukan keamanan yang bergerak melawan demonstran di Gedung Putih termasuk polisi militer Garda Nasional, Dinas Rahasia, polisi Departemen Keamanan Dalam Negeri, serta polisi Distrik Columbia. Gedung Putih mengatakan sedang membersihkan area sebelum jam malam.

Setelah pernyataan pengerahan militer presiden, kekerasan meluas di malam ketujuh demo. Para demonstran membakar sebuah mal di Los Angeles dan menjarah toko-toko di New York City.

Beberapa jam setelah pergolakan di Washington, ribuan orang berbaris di jalan-jalan Brooklyn. Mereka meneriakkan "keadilan sekarang!" sementara mobil melaju bersama, beberapa pengemudi membunyikan klakson.

Rekaman-rekaman yang tersiar televisi menunjukkan kerumunan yang menghancurkan jendela dan menjarah toko-toko mewah di sepanjang Fifth Avenue di Manhattan, salah satu distrik perbelanjaan paling padat di kota, sebelum pukul 23.00 di kota itu atau waktu diberlakukannya jam malam. Wali Kota Manhattan Bill de Blasio mengatakan jam malam akan dipindahkan menjadi pukul 20.00 pada Selasa (2/5).

Dua petugas polisi ditabrak mobil pada demonstrasi di Buffalo, New York, Senin malam. Kepala eksekutif Erie, Mark Poloncarz, mengatakan pengemudi dan penumpang kendaraan itu diyakini ditahan. Namun, belum jelas apakah insiden itu disengaja atau tidak.

Demonstrasi semakin meluas di seluruh AS bahkan demo damai solidaritas bagi kematian George Flyod merambah ke berbagai belahan dunia. Pemeriksa Medis Wilayah Hennepin kemudian merilis temuan otopsi yang juga menyebut pembunuhan Floyd karena asfiksia.

Laporan county mengatakan Floyd menderita henti jantung jantung mendadak ketika ditahan oleh polisi dan bahwa ia menderita penyakit jantung arteriosklerotik dan hipertensi, keracunan fentanil, dan penggunaan metamfetamin baru-baru ini.

Perwira polisi Minneapolis berusia 44 tahun yang berlutut di leher Floyd, Derek Chauvin, ditangkap atas tuduhan pembunuhan tingkat tiga dan pembunuhan berencana tingkat dua. Tiga petugas lain yang terlibat dalam penangkapan belum dituntut.

Kematian Floyd adalah kasus terbaru dari kebrutalan polisi terhadap pria kulit hitam yang tertangkap dalam rekaman video. Hal ini memicu protes atas rasisme dalam penegakan hukum AS.

Insiden baru ini menghidupkan kembali ketegangan rasial yang membara di sebuah negara yang terpecah secara politis yang telah terpukul oleh pandemi corona dengan orang Afrika-Amerika menyumbang jumlah kasus yang sangat tinggi.

Hingga kini, puluhan kota di seluruh AS tetap berada di bawah perintah jam malam yang tidak terlihat sejak kerusuhan usai pembunuhan Martin Luther King Jr tahun 1968. Pengawal Nasional dikerahkan di 23 negara bagian dan Washington, D.C.

Kebanyakan orang Amerika muncul keluar baru-baru ini setelah dua bulan lebih mendapatkan perintah untuk tetap di rumah saja yang ketat yang diberlakukan karena pandemi. Pada Senin, puluhan orang memberikan penghormatan kepada Floyd di luar Cup Foods, tempat kematiannya.

Mereka meninggalkan bunga dan tanda-tanda belasungkawa. Seorang gadis kecil menulis, "Aku akan bertarung denganmu," dengan kapur biru di jalan.

Saudara laki-laki korban, Terrence Floyd, mengatakan bahwa dia ingin orang-orang mendapatkan pendidikan yang benar dan memilih daripada menggunakan kekerasan dan kehancuran. "Mari kita lakukan ini dengan cara lain," katanya.

Seorang mantan Marinir berusia 31 tahun, James Pool, berharap protes damai akan membuat perbedaan. "Saya ingin melihat lebih banyak komunitas dan negara ini bersatu dan berhenti membiarkan kekuatan yang memecah belah kita," katanya.

"Karena memang itulah yang telah mereka lakukan. Mereka ingin membuat kita takut satu sama lain," ujarnya menambahkan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement