Selasa 02 Jun 2020 17:09 WIB

Indonesia Harus Tangkap Peluang Investasi Potensial

Salah satu industri yang digenjot berinvestasi adalah farmasi

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Hiru Muhammad
Suasana aktivitas pengerjaan proyek pembangunan Light Rail Transit (LRT) Jabodebek di ruas Jalan Rasuna Said, Jakarta, Kamis (14/5/2020). PT Adhi Karya (Persero) Tbk. menyatakan akan memprioritaskan pengerjaan proyek infrastruktur berlabel proyek strategis nasional (PSN) di tengah pandemi COVID-19 yang telah memberikan gangguan signifikan pada sektor konstruksi, salah satunya proyek LRT Jabodebek yang ditargetkan selesai pada 30 Juni 2021.
Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Suasana aktivitas pengerjaan proyek pembangunan Light Rail Transit (LRT) Jabodebek di ruas Jalan Rasuna Said, Jakarta, Kamis (14/5/2020). PT Adhi Karya (Persero) Tbk. menyatakan akan memprioritaskan pengerjaan proyek infrastruktur berlabel proyek strategis nasional (PSN) di tengah pandemi COVID-19 yang telah memberikan gangguan signifikan pada sektor konstruksi, salah satunya proyek LRT Jabodebek yang ditargetkan selesai pada 30 Juni 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menilai, Indonesia perlu menangkap peluang investasi dari berbagai negara potensial. Terutama mereka yang ingin merelokasi pabriknya seperti beberapa perusahaan Amerika Serikat dan Jepang. 

“Kita harus benar-benar persiapkan secara matang. Termasuk ketersediaan kawasan industri dan infrastruktur yang terintegrasi,” ujarnya di Jakarta, Selasa, (2/6).

Indonesia, dinilai masih menjadi negara tujuan investasi karena memiliki keunggulan dari letak geografis dan pasar domestik yang besar, sehingga dapat dijadikan hub manufaktur di wilayah Asia Tenggara atau Asean. Daya tarik lainnya bagi investor yakni, Indonesia telah menyatakan kesiapan dalam menerapkan industri 4.0, sehingga produksi akan lebih berkualitas dan efeisien karena menggunakan teknologi terkini.

Agus menambahkan, dalam memantau kegiatan dan melakukan pembinaan industri khususnya di masa pandemi Covid-19, Kemenperin terus bersinergi dengan pemerintah daerah. “Dengan dukungan dari Pemda, pengembangan industri nasional bisa lebih cepat, sehingga bisa menjadi ujung tombak atau motor penggerak utama bagi perekonomian nasional,” tuturnya.

Merujuk data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), dalam kurun lima tahun terakhir, sejak 2015 hingga kuartal I 2020, investasi di industri makanan menjadi sektor tertinggi yang menggelontorkan dananya di Tanah Air. Nilainya mencapai Rp 293,2 triliun atau berkontribusi 21,7 persen dari total investasi sektor manufaktur sebesar Rp 1.348,9 triliun.

Sektor berikutnya yaitu industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya yang menunjukkan peningkatan pada 2019 dan kuartal I 2020, dengan total investasi mencapai Rp 266,7 triliun. Selanjutnya, industri kimia dan farmasi berada di peringkat ketiga dengan nilai investasi sebesar Rp 243,9 triliun.

“Salah satu sektor yang sedang kami genjot investasinya yaitu industri farmasi. Hal ini sejalan dengan target kemandirian sektor kesehatan, baik industri farmasi maupun industri alat kesehatan,” kata Agus. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement