Selasa 02 Jun 2020 16:25 WIB

Arti Pendidikan Kunci Peradaban Dimata Pemuda

Populeritas membuat banyak selebritas lebih memilih profesinya dibanding pendidikan

enyanyi berprestasi Tasya Kamila (tengah) berbincang bersama dengan Penerima SATU Indonesia Awards 2019 bidang pendidikan Ai Nurhidayat (kanan) dipandu oleh moderator Robert Harianto (kiri) dalam diskusi online melalui Inspira Webinar yang merupakan hasil kolaborasi Astra bersama mitra SATU Indonesia Awards 2020, yakni Young On Top, bertema “Pendidikan Kunci Peradaban” melalui berbagai platform, seperti Instagram, Youtube, Facebook dan Twitter (1/6).
Foto: dok astra
enyanyi berprestasi Tasya Kamila (tengah) berbincang bersama dengan Penerima SATU Indonesia Awards 2019 bidang pendidikan Ai Nurhidayat (kanan) dipandu oleh moderator Robert Harianto (kiri) dalam diskusi online melalui Inspira Webinar yang merupakan hasil kolaborasi Astra bersama mitra SATU Indonesia Awards 2020, yakni Young On Top, bertema “Pendidikan Kunci Peradaban” melalui berbagai platform, seperti Instagram, Youtube, Facebook dan Twitter (1/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2020 mengadakan diskusi secara online tentang pendidikan untuk berbagi inspirasi sekaligus menjaring anak muda di seluruh pelosok Indonesia yang berkontribusi bagi sekitarnya.

Dengan tema "Pendidikan Kunci Peradaban", penyanyi Tasya Kamila dan penerima SATU Indonesia Awards 2019 bidang pendidikan Ai Nurhidayat hadir menjadi nara sumber. Ai Nurhidayat atau yang dikenal dengan "Penjaga Toleransi Multikultural" berbagi kisah tentang pendidikan dari pengalamannya, sedangkan Tasya bercerita tentang pentingnya menempuh pendidikan.

Popularitas dan kesuksesan di dunia hiburan terkadang membuat banyak selebritas lebih memilih profesinya dibandingkan dengan pendidikan mereka. Namun, hal tersebut tidak berlaku untuk Tasya. Penyanyi yang sudah terjun ke dunia musik sejak usia tujuh tahun ini pun rela meninggalkan Indonesia demi kuliah di negeri orang.

"Dari usia muda, saya sudah merasakan sukses. Tapi, saya tidak mau berada di situ saja.  Saya mau berkembang dan salah satunya adalah dengan mencari ilmu. Kalau uang bisa habis, tapi kalau ilmu, tidak akan pernah habis," ujar Tasya Senin (1/6).

Bagi Ai Nurhidayat, pendidikan merupakan hal penting dalam mewujudkan gerakan masyarakat untuk mengapresiasi keberagaman di Indonesia. Bersama dengan teman- temannya di Dusun Cikubang, Desa Cintakarya, Kecamatan Parigi Pangandaran Jawa barat, Ai menginisiasi kelas multikultural dan menerima siswa dari seluruh pelosok negeri agar mereka dapat hidup bersama dan membangun koneksi antar ras, suku, agama, budaya serta tingkat ekonomi.

Gerakan ini berawal dari pertemuannya dengan seorang guru yang mengajar di SMK Bakti Karya yang hampir gulung tikar karena muridnya sedikit. Ai dan kawan-kawannya berinisiatif menyelamatkan sekolah tersebut dan mengintegrasikannya dengan Komunitas Sabalad pada tahun 2014.

Di SMK Bakti Karya, para siswa dari berbagai pulau di Indonesia belajar tentang multimedia, ekologi hingga 60 materi pokok multikulturalisme yang mengacu pada lima konsep dasar yakni penanaman nilai toleransi, semangat perdamaian, semangat berjaringan, berbudaya dan pembelajaran aktif. Konsep belajar di luar ruangan juga banyak dilakukan oleh para murid SMK Bakti Karya seperti bercocok tanam, aktif dalam kegiatan masyarakat hingga turut berpartisipasi dalam kegiatan tradisi daerah.

Selain itu, siswa juga diajarkan membuka jalan pengetahuan tentang pandangan dunia dan referensi kerja dalam kelas profesi. Mereka juga diajak untuk menjadi agen perdamaian dalam kegiatan ekspresi perdamaian sekolah multikultural yang diajarkan dalam program "Splash The Peace." Hingga tahun 2019, kelas multikultural telah meluluskan 35 siswa dari 6 provinsi. Hingga kini terdapat 250 relawan dan kakak asuh yang turut membantu perjuangan Ai dan kawan- kawannya.

SATU Indonesia Awards menjaring anak muda hingga ke seluruh pelosok Indonesia yang tak kenal lelah memberikan manfaat bagi sekitarnya. Apresiasi diberikan kepada lima anak bangsa atas setiap perjuangan di bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, Teknologi serta satu kategori yaitu kelompok yang mewakili bidang tersebut.

Pada tahun ini, Astra dalam keterangan tertulisnya juga memberikan tambahan kategori apresiasi khusus kepada para pejuang tanpa pamrih di tengah pandemi Covid-19. Meskipun pandemi di negeri ini belum berakhir, tetapi tidak menyurutkan minat pemuda Indonesia untuk mendaftarkan dirinya atau sosok yang dinilai pantas mendapatkan apresiasi ini.

Semangat para pemuda dalam berjuang menebar kebaikan bagi sekitarnya sejalan dengan cita-cita Astra untuk sejahtera bersama bangsa.

Pendaftaran dan informasi lebih lanjut bisa dilihat di www.satu-indonesia.com serta ikuti juga akun Instagram (@SATU_Indonesia), Youtube (SATU Indonesia), Facebook (Semangat Astra Terpadu) dan Twitter (@SATU_Indonesia).

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement