Selasa 02 Jun 2020 14:45 WIB

Kementerian BUMN Susun Porsi Kepemilikan Saham Holding RS

Holding RS BUMN ditargetkan dapat terealisasi pertengahan tahun ini.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Nidia Zuraya
Menteri BUMN Erick Thohir (kanan) dan Stafsus Menteri BUMN Arya Sinulingga (kiri).
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsi
Menteri BUMN Erick Thohir (kanan) dan Stafsus Menteri BUMN Arya Sinulingga (kiri).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tengah menyusun model kepemilikan saham BUMN terhadap holding rumah sakit (RS). Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan holding RS BUMN merupakan bagian dari upaya penguatan ketahanan kesehatan oleh Menteri BUMN Erick Thohir.

Rencana pembentukan holding RS BUMN sejatinya sudah disampaikan Erick sebelum adanya pandemi Covid-19. "Ini lagi disusun semua, lagi dibuat semua, strukturnya bagaimana, struktur modalnya juga, nanti masing-masing (BUMN) yang nyetor RS-nya akan punya saham di situ," ujar Arya saat konferensi video di Jakarta, Selasa (1/6).

Baca Juga

Arya melanjutkan, Kementerian BUMN menunjuk PT Pertamina Bina Medika-IHC untuk mengelola saham holding RS BUMN. Meski dikelola PT Pertamina Bina Medika-IHC, BUMN yang memiliki RS tetap mendapat porsi kepemilikan saham di holding tersebut.

"Kepalanya IHC, manajemennya IHC, nanti kepemilikannya lagi dihitung, misalnya perusahaan ini punya RS, harus dihitung asetnya nanti jadi kepemilikan masing-masing perusahaan," ucap Arya.

Pada 28 Januari 2020 atau sebelum merebaknya penyebaran Covid-19 di Indonesia, Menteri BUMN Erick Thohir menargetkan holding rumah sakit-rumah sakit milik BUMN dapat terealisasi pada pertengahan tahun ini. Erick menilai holding rumah sakit milik BUMN sebagai upaya untuk membuat BUMN lebih fokus pada inti bisnis masing-masing.

"Insya Allah Juni ini jadi (holding rumah sakit)," ujar Erick di Jakarta.

Erick dalam beberapa kesempatan memang kerap menyinggung BUMN yang memiliki rumah sakit lantaran tidak sesuai dengan inti bisnis BUMN tersebut. Erick menilai pengelolaan rumah sakit BUMN dengan model seperti itu tidak akan maksimal.

"Ngapain perusahan-perusahaan BUMN yang fokus dengan inti bisnisnya, banyak membuat rumah sakit, yang ada rumah sakitnya tidak melayani yang baik," ucap Erick.

Erick menilai rumah sakit dapat memiliki potensi yang besar jika dikelola secara maksimal, baik dari sisi pendapatan hingga penciptaan lapangan kerja. Erick juga melirik kerja sama dengan Jepang untuk holding rumah sakit BUMN ke depan.

"Ada kesempatan kalau kita punya mitra strategis dari Jepang karena Jepang perlu 350 ribu suster," kata Erick.

Untuk merealisasikan kerja sama dengan Jepang, Erick menilai holding rumah sakit nantinya harus memiliki sekolah vokasi yang mampu mendukung munculnya banyak suster yang sesuai dengan kebutuhan di Jepang.

"Harus di bawah holding rumah sakit ada sekolah vokasi untuk suster atau add value untuk kesehatan, nanti dilatih dari awal bahasa dan budaya Jepang," ungkap Erick.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement