Selasa 02 Jun 2020 08:21 WIB

Wall Street Menghijau di Tengah Kerusuhan di AS

Menguatnya Wall Street lebih didorong oleh optimisme pasar terhadap pemulihan ekonomi

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Bursa Efek New York, Wall Street
Foto: AP
Bursa Efek New York, Wall Street

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Bursa saham Amerika Serikat (AS) berakhir menguat pada perdagangan Senin (1/6) malam di tengah terjadinya kerusuhan yang dipicu aksi protes warga. Menguatnya Wall Street lebih didorong oleh optimisme pasar terhadap pemulihan ekonomi AS. 

"Kebanyakan investor meyakini, kerusuhan ini tidak akan berdampak terhadap ekonomi. Dampak kerusuhan ini tidak sebesar pandemi Covid-19," kata analis dari Kingsview Asset Management, Paul Nolte, dikutip Reuters, Selasa (2/6).

Ketiga indeks utama di Wall Street membuka bulan Juni dengan rata-rata menguat kurang dari satu persen. Adapun sejumlah saham yang menjadi pendorong penguatan yaitu Facebook, Apple serta Amazon di S&P 500 dan Nasdaq. Sedangkan kenaikan Dow ditopang oleh saham Boeing.  

Saham riteler seperti Target Corp dan Walmart cukup terdampak karena adanya kerusuhan di AS. Kerusuhan telah memaksa riteler menutup sejumlah tokonya. Sementara Amazon terpaksa harus mengurangi layanan pengantarannya. 

Di sisi lain, tensi antara China dan AS terus meningkat ditandai dengan keputusan China menghentikan pembelian sejumlah produk dari AS. Langkah itu dilakukan setelah Presiden Donald Trump mengumunkan akan mengakhiri perlakukan khusus bagi Hong Kong sebagai respons atas keputusan China memperketat keamanan nasional di Hong Kong. 

Dow Jones Industrial Avarage (DJIA) menguat 91,91 poin atau sebesar 0,36 persen menjadi 25.475,02, diikuti kenaikan indeks S&P 500 sebesar 11,42 poin atau 0,38 persen menjadi 3.055,73 serta Nasdaq Composite menguat 62,18 poin atau 0,66 persen menjadi 9.552,05. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement