Selasa 02 Jun 2020 06:19 WIB
Edisi Syawal

Umar Bin Khattab, dari Pembenci Menjadi Pencinta Rasulullah

Karena keberaniannya, Umar bin Khattab dijuluki al-Faruq.

Rep: Ali Mansur/ Red: Ani Nursalikah
Umar bin Khattab, dari Pembenci Menjadi Pecinta Rasulullah.
Foto: MgIt03
Umar bin Khattab, dari Pembenci Menjadi Pecinta Rasulullah.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ali Mansur/Wartawan Republika

JAKARTA -- Umar bin Khattab merupakan salah seorang sahabat Nabi yang didoakan oleh Rasulullah secara khusus agar dapat memperkuat Islam. Dalam munajatnya, Rasulullah meminta agar Allah memperkuat Islam dengan salah satu 'Umar', yaitu Umar bin Khattab dan Amru bin Hisyam (Abu Jahal). Pada akhirnya Allah memberikan hidayah kepada Umar bin Khattab. 

Baca Juga

Bukan tanpa asalan doa tersebut dipanjatkan. Pada masa sebelum Islam berkembang, baik Umar maupun Amru bin Hisyam merupakan sosok pemberani dan disegani serta ditakuti di kalangan kaum Quraisy. "Ya Allah muliakanlah Islam dengan salah satu dari dua Umar, Umar bin Khatab atau Umar bin Hasyim." Itulah doa Rasulullah, dikutip dari Sirah Nabawiyah karya Abdul Hasan Ali al-Hasani an-Nadwi.

Umar bin Khattab lahir 13 tahun setelah kelahiran Rasulullah SAW, tepatnya pada 581 Masehi. Lahir dari keluarga bangsawan, Umar bin Khattab dibekali dengan pendidikan yang baik, seperti dalam bidang perniagaan dan bela diri. Putra dari pasangan Khattab bin Nufail dan Hantamah binti Hisyam memeluk Islam pada bulan Dzulhijah tahun ke-6 kenabian. Sebelumnya masuk Islam, Umar merupakan salah satu tokoh kaum Quraisy yang membenci Rasulullah SAW.

 

Ketika kebenciannya memuncak, Umar bin Khattab berupaya mencelakakan Rasulullah SAW. Namun, dalam perjalanannya ia bertemu dengan Nu'aim bin Abdullah yang kemudian memberinya kabar bahwa Fatimah binti Khattab dan anak pamannya, Sa'id bin Zaid, telah memeluk Islam.

Sontak, mendengar kabar itu, Umar berbalik arah untuk melabrak dua saudaranya tersebut. Justru sesampainya di rumah, Umar bin Khattab menerima Islam setelah membaca surat Thoha ayat 1-8 dari mushaf yang dibawa kedua saudaranya itu.

Konversi Umar bin Kathab ke Islam memberikan kekuatan sendiri bagi umat Islam yang saat itu jumlahnya masih sangat sedikit. Bahkan, Umar lah yang paling lantang menyuarakan Islam di Makkah.

Ia juga meminta agar Rasulullah SAW menyebarkan Islam secara terang-terangan dan tidak lagi bersembunyi. Tidak hanya itu, ia pun berjanji akan menindak tegas siapa saja yang mencoba menghentikan dakwah Rasulullah SAW dalam menyiarkan kebenaran Islam. Berkat keberaniannya dalam menunjukkan keislamannya, Umar bin Khattab dijuluki al-Faruq. 

Menurut Ali Muhammad ash-Shalabi dalam Biografi Umar bin Khattab, gelar al-Faruq yang artinya 'pembeda' karena ia menunjukkan keislaman di Mekkah. Sebab, dengan Islam itu, ia mampu membedakan antara kebenaran dan kebatilan.

Namun, sebagian kalangan mengartikan al-Faruq sebagai penjaga Rasulullah SAW dan pencerai-berai barisan kaum kafir. Kemudian, Umar juga dicatat sebagai orang yang pertama kali digelari Amir al-Mu’minin--pemimpin orang beriman.

Selain itu, Umar bin Khattab juga memiliki keutamaan istmewa yang disampaikan Rasulullah SAW dalam sejumlah haditsnya. Di antaranya adalah sahabat Nabi Muhammad SAW yang dijamin masuk surga dan khalifah kedua dalam Islam yang telah membebaskan sepertiga daratan dunia dari kejahilan. Kemudian, tiga ucapannya ditanggapi secara langsung oleh Allah SWT dalam Alquran.

Dua puluh prestasi telah dirintisnya untuk kemajuan umat Islam. Kewibawaannya ditakuti oleh setan sehingga setan menyingkir dari jalan yang akan dilalui oleh Umar. Bahkan, Rasulullah pernah bersabda, "Sungguh pada umat-umat sebelum kalian ada orang-orang yang diberi ilham, dan seandainya pada umatku ada seorang yang seperti itu, dia adalah Umar." Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Hurairah.

Pada tahun 622 Masehi, Umar bin Khattab ikut bersama Rasulullah SAW bermigrasi atau hijrah ke Yatsrib--sekarang Madinah. Keberanian Umar dalam menegakkan panji Islam tak diragukan lagi. Ia terlibat pada Perang Badar, Uhud, Khaybar, serta penyerangan ke Suriah.

Ia juga tidak segan-seganu menentang kawan-kawan lamanya yang dahulu bersamanya menyiksa kaum Muslimin. Begitu juga kecintaannya kepada Nabi Muhammad SAW. Bahkan, saat Rasulallah wafat pada 8 Juni 632 M (12 Rabiul Awal atau 10 Hijriyah), Umar sangat terguncang sampai tidak memercayai jika orang yang dikasihinya sudah menghadap Sang Khalik.

Setelah didapatinya Rasulullah SAW tak bernyawa lagi, Umar keluar ke masjid sambil berteriak, "Ada orang dari kaum munafik yang mengira Rasulullah SAW telah wafat. Namun, demi Allah, sebenarnya dia tidak meninggal, tetapi ia pergi kepada Tuhan, seperti Musa bin Imran. Ia telah menghilang dari tengah-tengah masyarakatnya selama 40 hari, kemudian kembali lagi ke tengah mereka setelah dikatakan dia sudah mati. Sungguh, Rasulullah pasti akan kembali seperti Musa juga. Orang yang menduga dia telah meninggal, tangan dan kakinya harus dipotong." Setelah itu, sahabatnya, Abu Bakar ash-Shiddiq. menenangkan Umar dengan membacakan sebuah ayat bahwa Rasulullah SAW hanyalah manusia yang bisa mati.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement