Selasa 02 Jun 2020 02:41 WIB

Aksi Solidaritas Thuram untuk George Floyd

Selama lima detik, Marcus Thuram berlutut dan menundukan kepalanya usai mencetak gol

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Agung Sasongko
 Selama lima detik, Marcus Thuram berlutut dan menundukan kepalanya usai mencetak gol pembuka Borussia Moenchengladbach
Foto: EPA-EFE/MARTIN MEISSNER
Selama lima detik, Marcus Thuram berlutut dan menundukan kepalanya usai mencetak gol pembuka Borussia Moenchengladbach

REPUBLIKA.CO.ID,  MONCHENGLADBACH -- Selama lima detik, Marcus Thuram berlutut dan menundukan kepalanya usai mencetak gol pembuka Borussia Moenchengladbach di laga kontra Union Berlin pada pekan ke-29 Bundesliga, Ahad (31/5) waktu setempat. Aksi ini merupakan bentuk dukungan dan solidaritas dari Thuram terhadap George Floyd, pria kulit hitam yang menjadi korban kekerasan aparat kepolisian Minneapolis, Amerika Serikat.

Di laga tersebut, anak dari mantan bek timnas Prancis, Lilian Thuram, itu sukses memborong dua gol. Thuram pun mengantarkan Moenchenglabach membungkam Union Berlin, 4-1. Penyerang berusia 22 tahun itu pun menjadi pemain kedua di pentas Bundesliga yang mengungkapkan dukungan dan solidaritas terhadap George Floyd secara langsung di atas lapangan.

Sebelumnya, di laga Schalke 04 kontra Werder Bremen, Sabtu (30/5) waktu setempat, gelandang Schalke, Weston McKennie, mengenakan pita bertuliskan ''Justice for George Floyd'' di bagian lengannya. Weston merupakan gelandang kelahiran Texas, Amerika Serikat, dan menjadi salah satu penggawa timnas Amerika Serikat.

Selepas laga tersebut, Thuram pun mengunggah pernyataan di akun twitternya terkait aksinya tersebut. Lengkap dengan foto dirinya tengah berlutut, Thuram menuliskan keterangan,''Bersama-sama adalah cara kita melangkah ke depan. Bersama-sama adalah cara kita untuk melakukan perubahan #BLACK_LIVES_MATTER.''. Unggahan Thuram di akun twitternya tersebut telah di-retwett oleh 1,5 ribu pengguna Twitter dan disukai sebanyak 8,3 ribu akun twitter.

Aksi berlutut sebagai bentuk protes terhadap ketidakadilan perlakuan terhadap warga kulit hitam dan bentuk perlawanan terhadap rasialisme di Amerika Serikat ternyata bukanlah yang pertama kali. Aksi berlutut ini dapat dirunut hingga aksi yang dilakukan oleh pemain National Football League (NFL), Colin Kaepernick, pada 2016 silam.

Pada saat itu, quarterback San Francisco 49ers itu memilih berlutut saat lagu kebangsaan Amerika Serikat, Star Spangled Banner, berkumandang sebelum laga NFL. Padahal, berdasarkan ketentuan NFL, semua orang, termasuk pemain dan penonton, diharapkan berdiri saat lagu kebangsaan dikumandangkan sebelum laga sebagai bentuk penghormatan.

Kaepernick menegaskan, aksi tersebut sebagai protes terkait isu rasialisme dan tindakan sewenang-wenang aparat kepolisian terhadap warga kulit hitam. Tidak hanya itu, aksi berlutut, kata Kaepernick, merupakan bagian dari kampanye Black Live Matters pasca terbunuhnya pria kulit hitam akibat tindakan kekerasan petugas kepolisian pada 2016 silam. Sejak saat itu, aksi berlutut Kaepernick itu kerap diikuti para atlet top dalam menyuarakan perlawanan terhadap rasialisme.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement