Selasa 01 Jun 2021 09:29 WIB

Pancasila Hadiah Terbesar Umat Islam untuk Indonesia

Hari Kelahiran Pancasila sampai saat ini masih menjadi perdebatan.

Pancasila Hadiah Terbesar Umat Islam
Foto:

BPUPK menjadi arena perjumpaan dua golongan yang sama-sama menghendaki Indonesia merdeka. Letak perbedaan keduanya pada soal dengan dasar atau pandangan-dunia (weltanschauung) apa negara tercinta itu tegak berdiri. Saifuddin Anshari menamakan masing-masing kubu itu sebagai nasionalis Islami dan nasionalis sekuler.

Yang pertama berpandangan, negara dan masyarakat harus diatur oleh Islam, agama yang tak hanya mengatur hubungan vertikal (manusia-Allah) tetapi juga horizontal (antarmanusia dan alam). Adapun yang kedua merujuk pada mereka-Muslim, Kristen, dan/atau lain-lain-yang berprinsip pada pemisahan tegas antara negara dan agama. Tanda kutip pada is tilah sekulermengindikasikan, pendukung prinsip itu dapat saja seorang yang beriman lagi saleh sehingga tidak mengabaikan peran agama dalam kehidupan.

Anshari mengatakan, bipolarisasi demikian sudah tampak jauh sebelum terbentuknya BPUPK. Golongan nasionalis Islam menganggap, titik tolak pergerakan nasionalisme bermula dari berdirinya Sarekat Islam pada 1905.

Sementara itu, golongan nasionalis sekuler memandang Budi Utomo yang berdiri pada 1908 sebagai titik tolak nasionalisme di Tanah Air. Bagaimanapun, pada faktanya Sarekat Islam sejak berdirinya telah mengarahkan perhatian pada rakyat jelata dan melin tasi batas-batas suku bangsa di Nusantara. Berbeda halnya dengan Budi Utomo, yang semata-mata diperuntukkan bagi seluruh Jawa, itu pun terbatas pada golongan terpelajar dan ningrat.

Sekitar 1940-an, perbedaan dua golongan itu terwakili polemik antara Mohammad Natsir (1908-1993) dan Sukarno. Yang satu meyakini, Islam sebagai inspirasi yang pertama-tama meretas jalan bagi cita-cita kemerdekaan Indonesia.

Yang kedua membela pemisahan negara dan agama supaya Islam subur, dan negara pun subur pula, tulis Bung Karno dalam artikel Apa Sebab Turki Memisahkan Agama dari Negara?

Maka, begitu BPUPK terealisasi pada 1945, ketegangan antara dua aliran itu mengemuka. Menurut Anshari, Pancasila yang diajukan Bung Karno dalam pidato tanggal 1 Juni 1945 mengambil inspirasi dari San Min Chu Ikarya seorang nasionalis Cina, Dr Sun Yat-sen. Sukarno berkata saat menjelaskan asas Kesejahteraan Sosial, Prinsipnya San Min Chu Iialah Mintsu, Min Chuan, Min Sheng: nationalism, democracy, socialism.

Ketiga prinsip tersebut, lanjut Anshari, dinyatakan ulang dalam marhaenisme Sukarno, yang dirumuskan sejak 1933. Hanya saja, Bung Karno menambahkan satu prinsip lagi, yakni Internasionalisme, yang diilhami oleh Kosmopolitanisme A Baars--yang disebut Bung Karno sebagai penyebar benih Marxisme di Indonesia.

Lantas, dari mana Sukarno mengambil insiprasi untuk asas Ketuhanan?

Anshari mengatakan, hal itu diperoleh Bung Karno dari menyimak pidato- pidato para pemimpin Islam di sidang BPUPK. Apalagi, sosok berjulukan Penyambung Lidah Rakyat Indo nesia itu merupakan pembicara terakhir dalam masa sidang pertama badan tersebut. Masuk akal bila dirinya terinspirasi dari para penyaji sebelumnya.

Segera setelah masa sidang pertama BPUPK usai, sebanyak 38 anggota mengadakan pertemuan. Mereka lantas membentuk panitia kecil yang ter diri atas sembilan tokoh, yakni Sukarno, Mohammad Hatta (1902-1980), AA Maramis (1897-1977), Abikoesno Tjokrosoejoso (1897-1968), A Kahar Muzakkir (1907-1973), Haji Agus Salim (1884-1954), Achmad Soebardjo (1896-1978), A Wahid Hasyim (1914- 1953), dan Muhammad Yamin.

Panitia Sembilan -demikian itu dinamakan-- akhirnya berhasil mencapai suatu modus vivendiyang mempertemukan antara golongan nasionalis Islami dan nasionalis sekuler. Hasil tersebut disampaikan Sukarno pada sidang BPUPK tanggal 10 Juli 1945.

Di satu sisi, adanya Panitia Sembilan hanyalah inisiatif pribadi Bung Karno, bukan resmi dibentuk BPUPK. Karena itu, Ketua BPUPK sempat menegurnya. Akan tetapi, tampak jelas keinginan Putra Sang Fajar dalam lobbying di luar forum resmi itu untuk mempertemukan perbedaan-perbedaan pandangan yang ada.

Produk dari Panitia Sembilan tertang gal 22 Juni 1945 itu disebut sebagai Piagam Jakarta atau Gentlement's Agreementpara bapak bangsa. Wujudnya berupa rancangan pembukaan (preambule).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement