Senin 01 Jun 2020 09:03 WIB

Jabar Gunakan Pemodelan SimcovID Ukur Reproduksi Covid-19

Pemodelan SimcovID berdasar metode Kalman Filter yang dirasa paling cocok di Jabar.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Indira Rezkisari
Pemprov Jabar mengukur angka reproduksi efektif (Rt) dengan pemodelan SimcovID untuk menentukan kebijakan terkait new normal.
Foto: Humas Pemprov Jabar
Pemprov Jabar mengukur angka reproduksi efektif (Rt) dengan pemodelan SimcovID untuk menentukan kebijakan terkait new normal.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemprov Jabar mengukur angka reproduksi efektif (Rt) dengan pemodelan SimcovID (Simulasi dan Pemodelan Covid-19 Indonesia). SimcovID merupakan tim gabungan yang terdiri dari peneliti berbagai perguruan tinggi, seperti ITB, Universitas Padjadjaran, YGM, UGM, ITS, UB, dan Undana, dan peneliti perguruan tinggi luar negeri, yakni Essex & Khalifa University, University of Southern Denmark, dan Oxford University.

"Berdasarkan metode Kalman Filter yang merupakan perpanjangan dari metode Bayesian Sequential," ujar Ketua Divisi Perencanaan, Riset, dan Epidemiologi Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jawa Barat (Jabar), Mohammad Taufiq Budi Santoso, Senin (1/5).

Baca Juga

Taufiq menjelaskan, ada tiga indikator dalam mengukur indeks reproduksi Covid-19 (Rt). Yakni jumlah kasus positif aktif, jumlah kesembuhan, dan jumlah kematian berdasarkan waktu harian.

"Pemodelan SimcovID berdasarkan metode Kalman Filter menjadi metode yang paling cocok untuk kondisi di Jawa Barat dan datanya pun tersedia," katanya.

Sebelumnya, Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan, angka reproduksi efektif (Rt) Jabar konsisten di angka 1 selama 14 hari. Bahkan Rt Jabar berada di angka 0,97 dalam dua hari terakhir.

Taufiq mengatakan, berdasarkan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), angka Rt kurang dari 1 selama 14 hari menjadi salah satu indikator dalam aspek epidemiologi untuk pelonggaran pembatasan sosial atau adaptasi kebiasaan baru (AKB). "Masih banyak indikator lain yang ditetapkan WHO untuk pelonggaran pembatasan sosial atau penerapan AKB, di antaranya indikator-indikator dalam aspek sistem kesehatan dan aspek surveilans," katanya.

Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar mengizinkan 15 kabupaten/kota menerapkan AKB atau new normal karena sudah berada di level 2 atau zona biru. Sementara 12 daerah lainnya direkomendasikan untuk melanjutkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) secara proporsional.

Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan, keputusan tersebut berdasarkan kepada pertimbangan ilmiah baik data di lapangan maupun kesiapan sistem pengendalian pandemi Covid-19 di Jabar. "Setiap mengambil keputusan, kami harus berdasarkan data karena tidak ingin asal dan gegabah. Hari ini (29/5) angka reproduksi (Rt) sudah selama 14 hari di angka 1, bahkan dua hari terakhir di angka 0,97 juga laju ODP dan PDP turun," ujar Emil sapaan akrab Ridwan Kamil.

Adapun 15 daerah di Zona Biru atau Level 2 yang bisa menerapkan AKB yakni yakni Kab. Bandung Barat, Kab. Ciamis, Kab. Cianjur, Kab. Cirebon, Kab. Garut, Kab. Kuningan, Kab. Majalengka, Kab. Pangandaran, Kab. Purwakarta, Kab. Sumedang, Kab. Tasikmalaya, Kota Banjar, Kota Cirebon, Kota Sukabumi, dan Kota Tasikmalaya.

Sementara 12 daerah berada di Zona Kuning atau Level 3 adalah Kabupaten Bandung, Kab. Bekasi, Kab. Bogor, Kab. Indramayu, Kab. Karawang, Kab. Subang, Kab. Sukabumi, Kota Bandung, Kota Bekasi, Kota Bogor, Kota Cimahi dan Kota Depok.

"Maka dalam kriteria ilmiah itu, zona yang masuk Level 2 (Zona Biru) itu terkendali, 60 persen yang Zona Biru inilah yang kami beri izin untuk melakukan The New Normal atau yang kami sebut Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB)," papar Emil.

Menurutnya, gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar selalu mempertimbangkan sains dan pendapat ahli dari Perguruan Tinggi di Jabar. Adaptasi Kebiasaan Baru atau AKB sendiri adalah istilah yang digunakan untuk memaknai new normal, yang merupakan kebiasaan baru warga Jabar di masa pandemi selama obat dan vaksin Covid-19 belum ditemukan.

Dalam hal ini, perilaku sehari-hari berubah secara sadar dan disiplin menjadi lebih higienis ketika diharuskan berdampingan dengan Covid-19. Kuncinya, terletak pada protokol kesehatan yang ketat dan tingkat kewaspadaan individu yang tinggi hingga dapat membantu menjalankan hidup aman, sehat, dan produktif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement