Senin 01 Jun 2020 07:05 WIB

Keterkaitan Erat Masjid Luar Batang dengan Ulama Yaman

Masjid Luar Batang mempunyai hubungan erat dengan ulama Yaman.

Rep: Febryan A/ Red: Nashih Nashrullah
Warga berdoa saat berziarah di Masjid Luar Batang, Jakarta, Senin (12/11).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Warga berdoa saat berziarah di Masjid Luar Batang, Jakarta, Senin (12/11).

REPUBLIKA.CO.ID, Masjid Luar Batang di utara Jakarta memiliki pertalian sejarah dengan negeri Yaman di Jazirah Arab. Simpul penyambungnya adalah sosok Habib Husein bin Abubakar Alaydrus.

Masjid Luar Batang berlokasi di Jalan Luar Batang V, Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara. Bangunannya terdiri dari dua aula besar, yakni aula luar dan dalam. Daya tampungnya sekitar 5.000 jamaah.

Baca Juga

Menurut Humas Masjid Luar Batang Yudo Sukmono (Republika, 4/4/2016), sejarah masjid tersebut bermula dari sebuah mushala atau langgar yang didirikan pada 1739. Mushala itu kemudian dijadikan masjid pada 1756.

Kini, masjid itu sepanjang tahun dikunjungi ribuan jamaah dari berbagai daerah, bahkan dari luar negeri seperti Malaysia dan Brunei Darussalam. Mereka datang untuk menziarahi makam ulama yang sekaligus pendiri masjid tersebut, yakni Habib Husein bin Abubakar Alaydrus. 

Habib Husain bin Abubakar Alaydrus lahir di Miqab, sebuah desa di Hadramaut, Yaman. Tahun kelahirannya tidak diketahui secara pasti. Kemungkinan besar ia dilahirkan pada awal abad ke-18, mengingat umurnya 20-an tahun ketika dimulainya pembangunan Masjid Luar Batang pada 1736.

Menurut sejarawan Jakarta Alwi Shahab (Republika, 30/3/2016), Habib Husain hijrah lantaran kondisi Hadramaut yang kering. 

Habib Husain hijrah dengan menumpangi kapal dagang. Ia sempat singgah di beberapa negara, salah satunya di India, hingga akhirnya menyudahi perjalanan di Laut Jawa. Tepatnya di Pelabuhan Sunda Kelapa. 

Dimulailah kisahnya di Batavia. Ia awali dengan menyiarkan Islam di Kampung Luar Batang, tak jauh dari Bandar Sunda Kelapa. 

Luar Batang menjadi titik tumpu dakwah Habib Husain karena ia dihadiahkan sebidang tanah di sana oleh seorang pemuda Belanda. Alasannya, kata Alwi Shahab (Republika, 6/2/2016), karena ramalan Habib Husain bahwa pemuda itu akan menjadi pejabat tinggi Belanda benar-benar terjadi. Tanah ini kemudian hari menjadi lokasi makam Habib Husain. 

Meski demikian, hubungan Habib Husain dengan Belanda tak berjalan mulus. Miftah mengatakan, masih dalam esainya, sang mahaguru sempat ditangkap oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan dasar mengganggu ketertiban dan keamanan umum.

Penyebab sebenarnya, tulis Miftah, adalah kerisauan pemerintah kolonial dengan pengaruh Habib Husain yang terus melejit. Sebab muridnya kian hari kian banyak. 

Dakwah Habib Husain terus menggema di Batavia hingga akhirnya ia meninggal dunia. Heuken (dalam Setiawan 2011:77), mengatakan, Habib Husain meninggal pada 24 Juni 1756 jika mengacu pada batu nisannya. Sedangkan menurut penulis Belanda LWV Vaan Berg, Habib Husain meninggal pada 1798. Butuh penyelidikan lanjut terkait hal ini. 

Namun, yang jelas Habib Husain dimakamkan di Masjid Luar Batang. Makamnya itu kini berada di bagian dalam masjid sejak dilakukannya perluasan bangunan. Makam sang mahaguru pun dikeramatkan. Kini dinamakan Makam Keramat Luar Batang. 

photo
Masjid Luar Batang - (Dok Republika)

 

"Segera setelah wafat, ia memperoleh reputasi sebagai keramat. Di atas makamnya di Luar Batang, dekat muara Kali Batavia, telah didirikan sebuah masjid besar, yang kini menjadi pusat ziarah Nusantara. Tidak hanya golongan pribumi, namun juga Cina campuran dan Indo Belanda berziarah untuk memohon keberhasilan dalam usaha mereka," kata LWC van Den Berg sebagaimana dilansir Alwi Shahab dalam esainya untuk Republika (6/2/2016).  

Jejak sejarah Habib Husain di Batavia itulah yang menjadi simpul pertalian Masjid Luar Batang dengan negeri Yaman. Perhatian dan kepedulian datang dari Yaman meski Habib Husain telah tiada. 

Menurut Habib Husein bin Hasan bin Abu Bakar bin Husein yang saat diwawancara Harian Republika saat itu menjabat sebagai Ketua pengurus Masjid Keramat Luar Batang, (Republika, 10/5/2016), Pemerintah Yaman sempat mengirimkan surat kepada Pemerintah Indonesia yang isinya meminta agar warisan Habib Husain dijaga dan dilestarikan. Akhirnya masjid tersebut ditetapkan sebagai cagar budaya

Penetapannya sebagai cagar budaya tertuang dalam SK Mendikbud No.0128/M/1988. Dan juga SK Gubernur No. 475 tahun 1993.  

Makam Habib Husain, kata Alwi Shahab, juga kerap dikunjungi Habib Umar bin Hafidz bila datang ke Jakarta. Habib Umar adalah pendiri pesantren Darul Mustafa di Tarim, Hadramaut, Yaman. Lebih dari seribu pelajar Indonesia berguru ke pesantren tersebut. 

Masih menurut Alwi Shahab, Masjid Luar Batang juga jadi ketertarikan tersendiri bagi media-media asal Yaman. Ia menyebut, sempat sebuah jaringan televisi dari Yaman melakukan peliputan di masjid itu.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement