Senin 01 Jun 2020 01:56 WIB

HMS Center: Normal Baru Perlu Kajian yang Komprehensif

Kajian komprehensif perlu dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi per wilayah

Warga melaksanakan ibadah shalat di Masjid Al-Irsyad Satya, Kota Baru Parahyangan, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Sabtu (30/5/2020). Pemprov Jawa Barat akan memberlakukan penerapan tatanan Normal Baru (New Normal) pada 1 Juni di 15 kota/kabupaten secara bertahap. Sementara HMS Centre berharap transisi normal baru (new normal) harus disiapkan secara teliti melalui kajian yang komprehensif
Foto: Antara/M Agung Rajasa
Warga melaksanakan ibadah shalat di Masjid Al-Irsyad Satya, Kota Baru Parahyangan, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Sabtu (30/5/2020). Pemprov Jawa Barat akan memberlakukan penerapan tatanan Normal Baru (New Normal) pada 1 Juni di 15 kota/kabupaten secara bertahap. Sementara HMS Centre berharap transisi normal baru (new normal) harus disiapkan secara teliti melalui kajian yang komprehensif

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Ketua Umum Hidupkan Masyarakat Sejahtera (HMS) Center, Hardjuno Wiwoho, mengatakan transisi normal baru (new normal) harus disiapkan secara teliti melalui kajian yang komprehensif dengan mempertimbangkan kondisi masing-masing wilayah, agar bisa meminimalisasi ekses negatif dari penerapan normal baru.

"Saya kira, implementasi new normal itu memang tidak bisa dihindari. Namun harus melalui kajian yang matang. Jangan grusa grusu karena ini menyangkut nyawa rakyat Indonesia," ujar Hardjuno saat menggelar Bakti Sosial (Baksos) di SMP/SMK Karya Putra Bangsa di Tapos Kota Depok, Jawa Barat, Sabtu (30/5).

Berdasarkan data Pemerintah Indonesia melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 mencatat jumlah kasus terkonfirmasi positif COVID-19 per Jumat (29/5) sejumlah 25.216 orang.

Dari angka tersebut, sebanyak 17.204 orang dirawat. Sementara pasien yang dinyatakan sembuh sebanyak 6.492 orang dan meninggal dunia 1.520 orang.

Menurut dia, penerapan normal baru saat ini terlalu terburu-buru, karena kasus COVID-19 masih tinggi. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan bermunculan klaster-klaster baru penyebaran COVID-19 di Indonesia.

Namun Hardjuno berharap jika transisi menuju tatanan baru harus berjalan maka perlu pengawasan ketat tanpa ketakutan. Untuk itu, pemerintah harus punya program mensukseskan kehidupan normal baru di Indonesia.

"Jika tidak maka akan berpotensi mengalami kegagalan sosial di negeri ini. Jangan sampai banyak yang angkat tangan dan berteriak, 'Terserah'," tuturnya.

Lebih lanjut, dia mengatakan komunikasi pemerintah saat implementasi normal baru harus jelas dan terkoordinasi. Tujuannya, agar seluruh elemen masyarakat taat menjalankan peraturan sehingga normal baru ini berhasil.

"Seluruh dunia saat ini perang melawan musuh yang tidak nampak yaitu Virus Corona yang berdampak pada semua lini kehidupan kesehatan, sosial, ekonomi. Kita harus menang melawan COVID-19 dengan kedisiplinan, sehingga dapat kembali ke kehidupan normal," ujarnya.

Sementara itu, Wakil Wali Kota Depok, Pradi Supriatna mengapresiasi Baksos yang digelar HMS Center ini. Dia berharap, Baksos ini menjadi trigger bagi elemen civil society lainnya agar senantiasi hadir bersama masyarakat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement