Ahad 31 May 2020 12:11 WIB

Hanya Sedikit yang Manusia Tahu Soal Ruh

Manusia hanya diberi tahu sedikit soal ruh.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Muhammad Hafil
Hanya Sedikit yang Manusia Tahu Soal Ruh.
Foto: Dailymail.co.uk
Hanya Sedikit yang Manusia Tahu Soal Ruh.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Manusia memang hanya diberikan sedikit pengetahuan mengenai dunia ini. Hal itu juga berlaku tentang pengetahuan manusia akan ruh.

Hal ini secara langsung ditegaskan Rasulullah SAW dengan wahyu yang diterimanya.

Baca Juga

Suatu ketika sebelum Rasulullah menerima wahyu tersebut, beliau berpapasan dengan sekelompok orang Yahudi di Madinah. Dalam kitab Asbabun Nuzul karya Imam As-Suyuthi dijelaskan tentang sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, ketika itu kaum Yahudi itu berkata kepada Rasulullah:

“Seandainya kita bertanya kepadanya (Muhammad),”. Kemudian orang lain dari kelompok itu menambahi: “Ceritakanlah pada kami, (Wahai Muhammad), tentang ruh,”.

Mendengar hal itu, Rasulullah SAW pun bangkit hingga satu jam dan menengadahkan kepala. Dapat diketahui bahwa beliau sedang menerima wahyu hingga akhirnya turunlah wahyu tersebut.

Wahyu itu diabadikan dalam Alquran Surah Al-Isra ayat 85 berbunyi: “Wa yas-alunaka ani-ruhi. Qui ruhu min amri Robbi wa maa utiytum minal-ilmi illa qalila,”. Yang artinya: “Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: ruh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan kecuali sedikit,”.

Dalam hadits lainnya, sebab turunnya ayat tersebut dinarasikan sedikit berbeda dalam redaksinya. Imam At-Tirmidzi meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata: “Kaum Quraisy berkata kepada orang-orang Yahudi: berikan kami sesuatu pertanyaan untuk kami tanyakan kepada laki-laki ini (Muhammad),”.

Kemudian orang-orang Yahudi menjawab: “Tanyalah ia tentang ruh,”. Kaum Quraisy lalu bertanya kepada Rasulullah tentang ruh. Maka Allah pun menurunkan ayat dalam Surah Al-Isra ayat 85 tadi.

Tentang berbedanya dua redaksi hadits shahih ini, Ibnu Katsir berpendapat bahwa meski kedua hadis tersebut nampak berbeda secara redaksional namun keduanya dapat dikompromikan. Sedangkan berbedanya redaksi kedua hadis tersebut, menurut Imam Ibnu Hajar, juga mengindikasikan bahwa turunnya ayat tersebut terjadi berulang kali.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement