Ahad 31 May 2020 06:22 WIB

Produksi Mobil Inggris Anjlok hingga 99,7 Persen

Penurunan jumlah produksi mobil tersebut yang terandah sejak Perang Dunia ke 2

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Hiru Muhammad
Suasana jalan pada saat jam sibuk pagi hari saat hari pertama pembukaan masa lockdown akibat pandemi COVID-19 di London, Senin (11/5). Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan pada hari Minggu kembai membuka aktifitas perkantoran setelah masa lockdown akibat pandemi COVID-19. Industri otomotif Inggris mengalami penurunan tajam akibat wabah Covid-19
Foto: AP/Kirsty Wigglesworth
Suasana jalan pada saat jam sibuk pagi hari saat hari pertama pembukaan masa lockdown akibat pandemi COVID-19 di London, Senin (11/5). Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan pada hari Minggu kembai membuka aktifitas perkantoran setelah masa lockdown akibat pandemi COVID-19. Industri otomotif Inggris mengalami penurunan tajam akibat wabah Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Produksi mobil di Inggris menurun drastis pada April lalu akibat penyebaran virus corona. Dilansir BBC, penurunan produksi mobil di Inggris mencapai 99,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. 

Menurut Society of Motor Manufacturers and Traders (SMMT), penurunan jumlah produksi mobil tersebut merupakan yang terandah sejak Perang Dunia II. Pada April lalu, hanya ada 197 mobil mewah yang diproduksi dan 45 diantaranya saja yang terjual.

"Dengan dinonaktifkannya pabrik mobil di bulan April, penurunan tersebut bukanlah hal yang mengejutkan. Ini justru menjadi gambaran tantangan yang dihadapi  industri," kata kepala eksekutif SMMT, Mike Hawes, dikutip BBC akhir pekan ini. 

Secara total, pabrikan di Inggris hanya memproduksi sebanyak 830 mesin mobil baru, sekitar 781 diantaranya diekspor. Angka ini turun jauh sebesar 99,5 persen dari tahun sebelumnya. 

Hawes mengatakan, untuk meningkatkan kembali produksi di industri otomotif ini memerlukan proses yang bertahap. Sebagian besar produsen mobil di Inggris diperkirakan akan mulai beroperasi kembali pekan ini. 

Skala waktu produksi akan cukup kewalahan dengan adanya aturan social distancing yang sangat ketat. Kendati demikian, pabrik yang akan beroperasi kembali tetap diminta untuk menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) bagi para karyawannya. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement