Jumat 29 May 2020 11:26 WIB

Bank Sampoerna Catat Laba Bersih Turun Jadi Rp 9,8 Miliar

Meski laba turun, Bank Sampoerna mencatatkan pertumbuhan kredit KPR.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolandha
Nasabah sedang melakukan transaksi di Bank Sampoerna.
Foto: bank sampoerna
Nasabah sedang melakukan transaksi di Bank Sampoerna.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Sahabat Sampoerna mencatatkan laba bersih sebesar Rp 9,8 miliar pada kuartal satu 2020 dibandingkan akhir 2019 sebesar Rp 18,5 miliar. Penurunan ini disebabkan beban operasional meningkat signifikan terutama dari peningkatan pencadangan kredit dan beban tenaga kerja.

Chief Financial Officer Bank Sampoerna Henky Suryaputra mengatakan, sejalan dengan dimulainya implementasi PSAK 71 mulai 1 Januari 2020, terdapat peningkatan pencadangan kredit secara substansial. Hal ini menyebabkan rasio pencadangan kredit terhadap non-performing loan (NPL/kredit bermasalah) pada akhir Maret 2020 melonjak signifikan menjadi 116,7 persen dari sebelumnya 63,8 persen pada akhir Maret 2019. 

“Dengan rasio pencadangan kredit yang lebih baik, Bank Sampoerna akan lebih siap menghadapi tantangan lebih lanjut pada tahun ini,” ujarnya dalam keterangan tulis, Jumat (29/5).

Kendati demikian, Bank Sampoerna masih mencatatkan kinerja yang positif. Periode Maret 2020, penyaluran kredit kredit tumbuh 5,5 persen secara year on year (yoy) dan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 6,7 persen (yoy). 

“Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak awal Maret 2020 memberikan tantangan besar bagi masyarakat dan dunia usaha, termasuk Bank Sampoerna,” ucapnya.

Penyaluran kredit pada akhir Maret 2020 sebesar Rp 8,2 triliun dari total kredit yang disalurkan, sebesar 61,1 persen disalurkan ke sektor UMKM. Sedangkan DPK yang berhasil dihimpun Bank Sampoerna pada akhir Maret 2020 sebesar Rp 9,1 triliun atau naik dari Rp 8,5 triliun capaian pada akhir periode yang sama tahun lalu. 

Dalam hal peningkatan DPK, peningkatan dana murah berupa giro dan tabungan (CASA) mencatatkan pertumbuhan tertinggi sebesar 44,8 persen (yoy) menjadi hampir Rp 2 triliun. Sedangkan dana yang terakumulasi dalam deposito relatif tidak banyak mengalami perubahan, sebesar Rp 7,2 triliun per akhir Maret 2020. 

“Dengan demikian, CASA ratio meningkat ke angka 21,4 persen dibandingkan dengan 15,8 persen pada satu tahun sebelumnya,” ucapnya.

Peningkatan akumulasi DPK dan penyaluran pinjaman yang bergerak sejalan menjadikan likuiditas Bank Sampoerna cukup baik, sebagaimana ditunjukkan dengan rasio pinjaman terhadap total simpanan atau Loan to Deposit Ratio (LDR) pada tingkat 89,6 persen. 

“LDR berada di tingkat yang kami nilai cukup ideal, Bank Sampoerna juga memiliki rasio kecukupan modal yang baik di tingkat 18,4 persen,” ucapnya. 

Sejalan dengan pertumbuhan pinjaman dan DPK, pendapatan bunga bersih (net interest income) meningkat sebesar 8,6 persen (yoy) dari semula Rp 161,3 miliar untuk periode tiga bulan hingga Maret 2019 menjadi Rp 175,2 miliar pada periode yang sama tahun ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement