Kamis 28 May 2020 22:05 WIB

Bupati Banyuwangi Minta Masukan Ulama Terkait New Normal

Dalam era normal baru, yang pertama perlu dirumuskan adalah aktivitas keagamaan.

Bupati Banyuwangi Minta Masukan Ulama Terkait New Normal. Foto: Umat Islam bertadarus membaca Al Quran raksasa di Masjid Baiturrahman, Banyuwangi, Jawa Timur, Senin (27/4/2020). Al Quran raksasa tulisan tangan H Abdul Karim berukuran halaman 142 x 210 centimeter tersebut mulai ditulis pada 1 Februari 2010 dan selesai pada 26 Agustus 2010 untuk dibaca setiap bulan Ramadhan di Masjid Baiturrahman Banyuwangi
Foto: ANTARA/BUDI CANDRA SETYA
Bupati Banyuwangi Minta Masukan Ulama Terkait New Normal. Foto: Umat Islam bertadarus membaca Al Quran raksasa di Masjid Baiturrahman, Banyuwangi, Jawa Timur, Senin (27/4/2020). Al Quran raksasa tulisan tangan H Abdul Karim berukuran halaman 142 x 210 centimeter tersebut mulai ditulis pada 1 Februari 2010 dan selesai pada 26 Agustus 2010 untuk dibaca setiap bulan Ramadhan di Masjid Baiturrahman Banyuwangi

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUWANGI -- Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas meminta masukan para ulama, khususnya dari pengurus cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) untuk perumusan protokol bidang keagamaan serta pelaksanaan sejumlah tradisi keagamaan, seperti tahlilan terkait pemberlakuan era normal baru selama pandemi Covid-19.

"Sebelumnya saya juga berdiskusi dan meminta masukan tenaga medis dan tenaga kesehatan guna mematangkan skema normal baru ini. Kali ini minta masukan dan arahan ulama NU, terus berlanjut ke tokoh Muhammadiyah dan LDII, lalu sahabat tokoh agama Hindu, Kristen, Katolik, dan Konghucu," katanya di Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (28/5).

Menurut Azwar Anas, dalam era normal baru, yang pertama perlu dirumuskan adalah aktivitas keagamaan, kemudian pelayanan publik lalu aktivitas ekonomi.

Dia mengatakan bahwa dari masukan para tokoh agama serta insan kesehatan, nantinya disusun panduan untuk berbagai macam protokol, mulai protokol rumah ibadah, kantor pelayanan publik, tempat pendidikan, ruang terbuka hijau, restoran, destinasi wisata dan sebagainya.

 

"Perlu kami tekankan, normal baru bukan berarti kita kembali seperti era sebelum Covid-19. Era normal baru adalah aktivitas yang dilandasi kesehatan dan kebersihan sebagai standar utama. Ini belum akan diterapkan, masih dikaji," ucapnya.

Sejumlah protokol yang dibahas, lanjut dia, seperti wajib bermasker, anak kecil dan orang sakit dilarang mengikuti acara keagamaan untuk sementara waktu, dan hanya sekian kapasitas rumah ibadah yang boleh dipergunakan.

Kemudian, katanya, jika ada acara tahlilan, tempat duduknya berjarak, tersedia cairan pembersih tangan dan sarana sanitasi. "Tentu kita pahami tidak semua warga, misalnya, bisa menyediakan hand sanitizer, maka perlu saling membantu. Tadi juga dibahas, saat tahlilan, yang biasanya mengundang katakanlah 40 orang selama tujuh hari, untuk sementara waktu cukup 10 orang saja hari pertama, 10 orang lainnya hari kedua dan seterusnya," ujarnya.

Bupati Anas mengaku siap berkolaborasi untuk tata laksana kesehatan di lingkungan pondok pesantren dan pihaknya siap memberikan pendampingan. "Puskesmas terdekat bisa melakukan pendampingan bagi para kiai, mulai dari pelaksanaan aktivitas belajar, termasuk juga untuk cara tahlilan yang aman di kalangan warga," katanya.

Ketua PCNU Banyuwangi KH Ali Makki Zaini mengusulkan era normal baru untuk disimulasikan sesegera mungkin, dan pihaknya juga menyerahkan sejumlah rekomendasi tentang pelaksanaan pendidikan di madrasah dan pesantren.

Bahkan, katanya, PCNU siap membuat percontohan di empat majelis wilayah cabang (MWC), yaitu struktur NU di tingkat kecamatan.

"Sebagai percontohan, kami tunjuk empat MWC untuk penerapan era normal baru dalam kegiatan tahlilan, yaitu MWC Purwoharjo, Cluring, Kabat, Glagah. Serta satu pesantren untuk uji coba normal baru, yaitu Ponpes Manbaul Falah, Kecamatan Singojuruh," kata Gus Makki, sapaan akrabnya.

Ia menegaskan bahwa NU siap menyosialisasikan normal baru kepada jamaah. "Nahdliyin harus menjadi contoh untuk selalu taat protokol kesehatan demi kemaslahatan umat," katanya.

Gus Makki mengakui, pesantren menjadi pekerjaan rumah bagi NU, dan santri sudah terlalu lama libur. "Kami ingin santri bisa segera belajar, apalagi mereka dalam waktu dekat mulai masuk. Jadi, kami harus benar-benar memastikan protokol Covid-19 di kalangan santri," tuturnya.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement