Kamis 28 May 2020 16:15 WIB

Pemkot Surabaya Berharap tak Bernasib Seperti Wuhan

Gugus Tugas Surabaya mengajak Gugus Tugas Jatim berdiskusi bersama.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Teguh Firmansyah
Petugas melakukan penyekatan di pos pemeriksaan Bundaran Waru, Surabaya, Jawa Timur, Senin (25/5/2020). Pada hari terakhir pelaksanaan PSBB tahap kedua Surabaya yang bertepatan dengan hari kedua Idul Fitri 1441 H, petugas gabungan meminta sejumlah pengendara yang akan masuk Kota Surabaya untuk berputar balik disebabkan tidak mengenakan masker, melebihi jumlah 50 persen kapasitas penumpang kendaraan bermotor dan tidak mempunyai urusan penting atau mendesak.
Foto: Antara/Didik Suhartono
Petugas melakukan penyekatan di pos pemeriksaan Bundaran Waru, Surabaya, Jawa Timur, Senin (25/5/2020). Pada hari terakhir pelaksanaan PSBB tahap kedua Surabaya yang bertepatan dengan hari kedua Idul Fitri 1441 H, petugas gabungan meminta sejumlah pengendara yang akan masuk Kota Surabaya untuk berputar balik disebabkan tidak mengenakan masker, melebihi jumlah 50 persen kapasitas penumpang kendaraan bermotor dan tidak mempunyai urusan penting atau mendesak.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pemerintah Kota Surabaya berharap Kota Pahlawan tidak bernasib seperti Wuhan, terkait tingginya pasien positif Covid-19. Wakil Koordinator Hubungan Masyarakat Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, M Fikser pun mengajak Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim bersama-sama mencari solusi agar penyebaran Covid-19 di Kota Pahlawan bisa ditekan.

“Yang pertama, kita berdoa itu tidak terjadi. Kita tahu, semua eleman masyarakat benar-benar bekerja. Pemerintah kota menggandeng semua TNI/ Polri dan dari beberapa ikatan rumah sakit, semua elemen yang bergabung dalam satgas semua bekerja untuk mengendalikan permasalahan ini,” kata Fikser di Surabaya, Kamis (28/5).

Baca Juga

Fikser mengatakan, jika ada pihak yang berpendapat Kota Surabaya bisa seperti Wuhan dalam kasus Covid-19, agar menyampaikan secara langsung dan berdiskusi bersama Gugus Tugas Surabaya. Karena diskusi tersebut menurutnya bisa membuka jalan dan mencari solusi bersama-sama dalam upaya menekan penyebaran Covid-19. “Kalau ada yang menyampaikan seperti itu, ada baiknya menyampaikan dan berdiskusi dengan kami, untuk memberi solusi,” ujar Fikser.

Kepala Diskominfo Surabaya itu menjelaskan, tingginya pasien positif Covod-19 di Surabaya disebabkan beberapa hal. Di antaranya, karena gencarnya rapid test dan tes swab-PCR yang dilakukan di Kota Pahlawan. “Ini dikarenakan masifnya Pemerintah Kota Surabaya melakukan rapid test, beberapa hari ini sekitar 22 ribu sekian (rapid test)” ujar Fikser.

Sebelumnya, Ketua Rumpun Kuratif Gugas Covid-19 Jatim, Joni Wahyuadi, menyebutkan 65 persen angka kasus Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19 di Jatim berasal dari Surabaya Raya, yaitu Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, dan Gresik. Khusus Surabaya, ia bahkan mewanti-wanti bisa menjadi seperti di Wuhan, China, jika penanganannya tidak dilakukan secara baik.

Atas alasan itulah, Joni meminta agar penanganan Covid-19 di Surabaya Raya, terutama di Kota Surabaya, tidak setengah-setengah. “Ini tidak main-main, kalau kita tidak hati-hati maka Surabaya bisa jadi Wuhan,” kata Joni.

Berdasarkan data yang ada, per 27 Mei 2020, total sementara pasien positif Covid-19 di Jatim sebanyak 4.112 orang. Dari jumlah itu, Kota Surabaya menyumbang pasien terbanyak, yaitu 2.216 orang. Kemudian diikuti Kabupaten Sidoarjo 565 pasien, dan Gresik 153 pasien.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement