Kamis 28 May 2020 09:28 WIB

Suka Duka Putri Beatrice Hidup dengan Disleksia

Putri Beatrice merupakan anggota kerajaan Inggris yang mengidap disleksia.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Nora Azizah
Putri Beatrice merupakan anggota kerajaan Inggris yang mengidap disleksia (Foto: Putri Beatrice)
Foto: EPA
Putri Beatrice merupakan anggota kerajaan Inggris yang mengidap disleksia (Foto: Putri Beatrice)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Putri Beatrice berbagi pengalamannya untuk memerangi stigma disleksia. Dia berbagi sesuai pengalaman pribadinya.

Anak perempuan Pangeran Andrew dan Sarah Ferguson yang berusia 31 tahun itu mengisahkan tentang tumbuh dengan gangguan belajar, membaca, dan memproses pidato menjadi suatu tantangan. Saat ini, Kerajaan Inggris mendukung organisasi Arkell Dyslexia dan muncul dalam video baru untuk amal global #MadeByDyslexia untuk membahas cara-cara meningkatkan kehidupan sehari-hari.

Baca Juga

“Alasan mengapa saya begitu bersemangat tentang disleksia adalah karena menjadi orang disleksia sendiri,” kata Beatrice dilansir di Fox News, Kamis (28/5).

Dia merasa dirinya benar-benar mengerti bahwa orang-orang memiliki tanggung jawab mengubah narasi seputar apa yang kita sampaikan kepada orang-orang muda di kelas. Sebagai seseorang yang memiliki disleksia, dirinya merasa beruntung berada di sekolah yang sangat memelihara dan mendukungnya.

“Saya akan menggambarkan sisi sebenarnya dari sisi belajar hal-hal sangat menantang,” ujar dia.

Beatrice ingat jatuh di belakang kelas ketika akan melakukan tes membaca. Dia berkata pada dirinya sendiri bahwa, “Aku tidak cukup baik,” “Aku tidak cukup pintar,” “Mengapa aku tidak suka yang lain?”. Cucu Ratu Elizabeth itu sekarang membantu dengan menunjukkan metode pembelajaran lain yang mungkin terlewatkan.

photo
(Foto: Putri Beatrice-- kanan) - (Wikimedia)

Beatrice bekerja sama dengan beberapa organisasi untuk menemukan pendekatan pembelajaran berbasis keterampilan terbaik untuk membantu generasi muda berkembang dalam hidup. Bagi banyak orang seperti Beatrice, kerajaan mengatakan pembelajaran dengan teknologi mungkin dapat membantu.

Dia mengatakan, alat-alat seperti bimbingan belajar dan bantuan daring untuk pekerjaan rumah, bisa menjadi aset besar bagi kaum muda. Beatrice ingin menghapus stigma bahwa disleksia membuat seseorang menjadi kurang cerdas atau tidak dapat menemukan pekerjaan. Dia menyoroti beberapa atribut positif bagi mereka yang didiagnosis dengan gangguan tersebut.

“Saya sangat beruntung saya dapat menemukan pekerjaan yang lebih mengandalkan keterampilan komunikasi saya daripada saya duduk di belakang meja,” kata dia.

Di tempat kerja, Beatrice mengatakan banyak rekannya juga menderita disleksia. Dia bekerja di perusahaan teknologi yang selalu melihat sesuatu secara berbeda.

Menurutnya, itu salah satu kekuatan yang dirinya miliki sebagai penderita disleksia, yaitu melihat berbagai hal secara berbeda, menjadi pemecah masalah, menemukan cara baru melakukan sesuatu, menjadi eksperimental, wirausaha.

“Itu berkembang seiring Anda berkembang. Ini bagian dari Anda, itu bagian dari bagaimana otak Anda berkembang. Ini bukan sesuatu yang salah dengan Anda,” ujar Beatrice.

Dia menganggap disleksia merupakan bagian dari cara otak bekerja. Pun otak semua orang bekerja dengan sangat berbeda. Tidak ada yang salah, semuanya benar dengan cara masing-masing.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement