Rabu 27 May 2020 15:36 WIB

Hampir Seribu Pemudik ke Pangandaran Masih Diisolasi

891 orang masih menjalani isolasi khusus karena memaksakan mudik ke Pangandaran

Rep: Bayu Adji P/ Red: Esthi Maharani
Sejumlah petugas melakukan penyemprotan disinfektan ke angkutan umum dan mengecek suhu tubuh penumpang yang datang dari luar kota, di Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Pangandaran, Jumat (27/3).
Foto: Dok Humas Kabupaten Pangandaran
Sejumlah petugas melakukan penyemprotan disinfektan ke angkutan umum dan mengecek suhu tubuh penumpang yang datang dari luar kota, di Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Pangandaran, Jumat (27/3).

REPUBLIKA.CO.ID, PANGANDARAN -- Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Pangandaran masih mencatat pemudik yang datang dari luar daerah. Hingga saat ini, masih terdapat hampir 1.000 pemudik atau tepatnya 891 orang masih menjalani isolasi khusus di sekolah karena memaksakan mudik ke Pangandaran.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pangandaran, Nana Ruhena mengatakan, hingga saat ini masih terdapat pemudik yang masuk ke wilayahnya, meski angkanya terus menurun. Kedatangan pemudik tercatat paling tinggi pada hari-hari sebelum Lebaran yang mencapai ratusan.

"Pemudik saat Lebaran terpantau fluktuatif. Mereka yang mudik masih diisolasi di sekolah," kata Wakil Ketua Pelaksana Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Pangandaran, saat dihubungi Republika, Rabu (27/5).

Ia menyebutkan, hingga saat ini terdapat 1.903 pemudik ke Pangandaran yang telah diisolasi di sekolah. Sebanyak 981 pemudik masih diisolasi di sekolah dan 1.012 orang telah selesai menjalani isolasi di sekolah.

Nana menambahkan, dari 10 kecamatan di Kabupaten Pangandaran, wilayah Kecamatan Padaherang menempati posisi paling tinggi yang kedatangan pemudik. Tercatat, ada 447 pemudik yang diisolasi khusus di Kecamatan Padaherang. Sebanyak 214 pemudik masih menjalani diisolasi di sekolah, sementara 233 pemudik telah selesai menjalani isolasi di sekolah.

Menurut Nana, setiap pemudik yang datang ke Pangandaran pasti menjalani isolasi khusus di sekolah. Sebab, jika tak diisolasi di sekolah, masyarakat sekitar lingkungannya akan menghakimi.

"Jadi masyarakat di sini selalu menaruh curiga kalau ada orang baru, mereka takut tertular juga. Tapi itu ada bagusnya," kata dia.

Nana mengatakan, sisi positif dari kecurigaan masyarakat yang tinggi membuat pemudik mau tak mau harus menjalani isolasi. Sebab, menurut dia, ada saja pemudik yang tak mau diisolasi di sekolah karena berbagai alasan.

"Karakter pemudik itu macam-macam, ada yang beralasan sudah dikanrantina. Tapi, masyarakat tak mau tahu. Kalau ada yang dari luar pasti diantarkan ke sekolah," kata dia.

Ihwal antisipasi para pemudik itu kembali ke kota besar, Nana mengatakan, pihaknya terus melakukan imbauan kepada warga. Namun, lanjut dia, kemungkinan besar para pemudik yang pulang ke Pangandaran tidak akan kembali ke kota besar, jika pandemi Covid-19 belum teratasi.

"Soalnya, umumnya pemudik yang pulang adalah mereka yang kerja di pabrik dan pabriknya tutup atau pedagang yang sepi pelanggan di kota besar. Jadi mereka tidak mungkin kembali kalau di Jakarta masih sepi," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement