Rabu 27 May 2020 14:18 WIB

Pasien Hemodialisa Ini Akui Terbantu Sebagai Peserta JKN-KIS

Maria divonis gagal ginjal semenjak 2015 dan terpaksa hemodialisa dua kali sepekan

Maria divonis gagal ginjal semenjak 2015 dan terpaksa hemodialisa dua kali sepekan
Foto: BPJS Kesehatan
Maria divonis gagal ginjal semenjak 2015 dan terpaksa hemodialisa dua kali sepekan

REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALPINANG - Sakit adalah keadaan yang tidak mengenakkan dan bisa dirasakan oleh siapa saja dan kapan saja. Berapapun usianya, sehebat apapun jabatannya, setinggi apapun pendidikannya, seberapa banyak hartanya dan tidak pandang bulu. 

Kondisi inilah yang dialami oleh Maria Derita (43). Maria adalah seorang peserta JKN-KIS yang berprofesi sebagai pegawai swasta. Ia menderita gagal ginjal yang mengharuskan dirinya menjalani terapi hemodialisis sepanjang hidupnya.

Ketika mengunjungi Klinik HD Berkat Pangkalpinang pada Senin (18/03), tampak sebuah ruangan dengan empat ranjang yang tersusun dengan rapi. Setiap ranjang ditaruh sebuah mesin dialisis yang dipakai untuk menyaring darah pasien.

Tampak di ujung kanan ruangan seorang pasien yang sedang melakukan proses cuci darah. Maria menyambut dengan senyuman hangat di wajahnya meskipun tangan kirinya tertusuk jarum dan berbalutkan selang untuk terapi dialisis.

“Saya sejak tahun 2015 divonis dokter harus melakukan cuci darah. Saya memiliki riwayat sakit hipertensi sehingga mengonsumsi obat darah tinggi secara rutin. Namun saya jarang melakukan kontrol, suatu waktu pernah saya tidak sadarkan diri hingga sempat masuk ICU karena tekanan darah saya mencapai 180 per 100,” ungkap ibu dua anak ini.

Sejak mengalami musibah, Maria kehilangan berat badan cukup signifikan dan sering merasa ngilu dan kram pada kakinya. Namun ternyata hari demi hari berat badan Maria semakin turun sehingga ia pun memeriksakan diri ke dokter dan menerima kenyataan divonis dokter harus cuci darah.

"Dunia saya serasa runtuh. Bagaimana tidak, dua kali seminggu saya harus rutin mendatangi Klinik HD ini untuk terapi hemodialisis. Betapa saya memikirkan biaya yang akan dikeluarkan, belum keluarga saya pribadi akan disusahkan dengan penyakit ini,” keluh istri dari Sergius Thomas.

Maria mengakui bahwa dirinya dan keluarga merasa sangat terbantu dalam pembiayaan pengobatan tersebut oleh BPJS Kesehatan. Selain itu, Maria menambahkan pelayanan kepada setiap peserta JKN-KIS yang diberikan tidak pernah dibedakan dengan pasien lainnya.

“Selama perawatan saya tidak pernah dikenakan biaya sedikitpun maupun iur biaya untuk obat maupun layanan lainnya. Saya menerima terapi hemodialisis selama empat jam setiap kali cuci darah selama dua kali seminggu di Klinik HD Berkat. Pelayanan yang diberikan sangat baik dan tidak pernah dipersulit untuk mendapatkan pengobatan. Saya merasa nyaman dengan jadwal yang telah diberikan dan tidak menunggu lama setiap terapi,” kata Maria.

Sebagai peserta JKN-KIS, Maria merasakan betul manfaat jaminan kesehatan yang diberikan oleh pemerintah. Maria berharap Program JKN-KIS yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan dapat berjalan baik dan menjamin kesehatan seluruh rakyat Indonesia.

"Saya dan keluarga berterima kasih kepada BPJS Kesehatan yang telah membantu saya dan keluarga, serta kepada peserta JKN-KIS yang secara gotong-royong telah rutin membayar iuran. Kalian adalah pahlawan kami sesungguhnya,” tutur Maria.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement