Rabu 27 May 2020 13:08 WIB

Bahaya Blue Light bagi Kesehatan Kulit

'Blue Light' atau sinar biru terpancar dari perangkat digital, salah satunya ponsel.

 Tak bisa dipungkiri, selama ini kita banyak terpapar
Foto: pexels
Tak bisa dipungkiri, selama ini kita banyak terpapar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tak bisa dipungkiri, selama ini kita banyak terpapar "blue light" atau sinar biru yang dipancarkan dari layar perangkat digital seperti televisi, laptop, PC, smartphone, tablet, dan gadget lainnya. Sinar biru rupanya memiliki sejumlah dampak buruk bagi kesehatan kulit.

"Sinar biru merusak retina dan mengurangi ekskresi (pengeluaran) melatonin, sehingga mengganggu siklus tidur Anda," kata Michelle Henry, seorang dokter kulit di New York dikutip dari Gulf News, Rabu (27/5).

Baca Juga

Semakin dekat kita dengan gadget yang memancarkan sinar biru maka akan semakin banyak dampaknya. Misalnya, televisi akan lebih sedikit memaparkan sinar biru ketimbang komputer karena jaraknya yang cukup jauh dari kita saat menonton.

"Dan lebih banyak cahaya dari ponsel Anda daripada komputer Anda karena ponsel Anda sangat dekat dengan wajah Anda."

Jika sinar ultraviolet merusak DNA sel secara langsung, sinar biru menghancurkan kolagen melalui stres oksidatif. Bahan kimia dalam kulit yang disebut flavin menyerap sinar biru. Reaksi yang terjadi selama penyerapan menghasilkan molekul oksigen yang tidak stabil (radikal bebas) yang merusak kulit.

"Mereka masuk dan pada dasarnya dan melubangi kolagenmu," kata Henry.

Paparan sinar biru lebih bermasalah untuk kulit berwarna. Dalam sebuah penelitian 2010 yang diterbitkan dalam The Journal of Investigative Dermatology, terbukti menyebabkan hiperpigmentasi pada kulit sedang hingga gelap. Sementara membuat kulit yang lebih terang relatif tidak terpengaruh.

Komunitas medis mengkategorikan warna kulit berdasarkan pada bagaimana ia bereaksi terhadap sinar UV. Tipe 1 adalah warna paling terang dengan sensitivitas UV paling tinggi.

"Ini jenis kulit milik Nicole Kidman dan Conan O'Brien," kata Mathew M. Avram, direktur Pusat Dermatologi Laser dan Kosmetik Rumah Sakit Umum Massachusetts di Boston. Skala naik ke Tipe 6, yang merupakan yang paling gelap dan paling tidak mungkin terbakar.

Dalam studi 2010, kulit Tipe 2 terkena sinar biru tetapi tidak mengalami pigmentasi. Sementara kulit berwarna akan menggelap, dan kegelapan itu bertahan selama beberapa minggu. Meski merusak kulit, nyatanya sinar biru bisa untuk mengobati jerawat.

Cara paling sederhana untuk melindungi kulit dari sinar biru adalah dengan mengurangi paparan terhadap sinar biru. Gunakan modus malam pada perangkat yang membuat layar jadi berwarna lebih hangat. Ganti bohlam LED dengan yang memancarkan sedikit sinar biru.

Jika mau, aplikasikan tabir surya berwarna, yang biasanya mengandung oksida besi. Antioksidan topikal seharusnya membantu menjinakkan radikal bebas yang dihasilkan sinar biru, namun sains tidak merekomendasikannya. Saran terbaik adalah konsumsi vitamin C. Molekul vitamin C cukup kecil untuk menembus kulit.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement