Rabu 27 May 2020 10:11 WIB

Bank Sentral: Posisi Sistem Keuangan Selandia Baru Solid

Pemulihan ekonomi Selandia Baru mulai berlangsung pada semester kedua tahun ini.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolandha
Suasana di Christchurch, Selandia Baru, Senin (18/5).
Foto: AP Photo/Mark Baker
Suasana di Christchurch, Selandia Baru, Senin (18/5).

REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Bank Sentral Selandia Baru menyebutkan, sistem keuangan mereka berada dalam posisi yang kuat untuk menghadapi dampak ekonomi signifikan akibat pandemi Covid-19. Tidak hanya itu, kondisi moneter mereka juga mumpuni untuk mendukung kegiatan pemulihan negara.

Reserve Bank of New Zealand (RNBZ) juga mengatakan, perbankan di Selandia Baru memiliki buffer modal dan likuiditas yang kuat. Kondisi ini terjadi meksipun ketahanan mereka akan diuji pada beberapa bulan mendatang seiring kenaikan kerugian pinjaman dari level rendah saat ini.

Baca Juga

Gubernur RBNZ Adrian Orr dalam laporan stabilitas keuangan yang dirilis dua kali setahun, Rabu (27/5), mengatakan, optimisme tersebut disampaikan setelah pihaknya melakukan analisis stress test ekonomi. "Hasilnya menunjukkan, bank dapat terus meminjamkan dan makmur setelah melalui berbagai skenario merugikan," tuturnya, seperti dilansir Reuters.

Orr mengatakan, skema subsidi upah pemerintah yang memberikan dukungan jangka pendek kepada perusahaan kehilangan pendapatan telah meredam dampak keuangan dari pandemi. Begitupun dengan kebijakan moneter RBNZ yang lebih mudah diakses.

RBNZ diketahui telah memangkas suku bunga resmi sebesar 75 basis poin ke rekor terendah, 0,25 persen, pada Maret. Bank sentral juga berkomitmen 60 miliar dolar AS NZ untuk program pelonggaran kuantitatif guna merangsang ekonomi.

Hanya saja, RBNZ tidak menutup kemungkinan akan adanya tekanan ke sektor lain di tengah dukungan tersebut. Misalnya, beberapa rumah tangga dan perusahaan akan menghadapi kehilangan pendapatan yang signifikan.

Sektor pariwisata juga akan sangat terpengaruh dan membutuhkan pemulihan yang lama. Ini dikarenakan adanya pembatasan di perbatasan dan langkah-langkah social distancing guna membatasi penyebaran Covid-19 yang mempengaruhi penjualan dan model operasi.

Selandia Baru menutup perbatasannya selama hampir tujuh pekan terakhir. Hanya ada 21 kematian akibat Covid-19 di negara tersebut dan sekitar 1.500 kasus positif sejauh ini. Sebagian besar pembatasan mulai dicabut.  

RBNZ memperhitungkan, pemulihan ekonomi akan mulai berlangsung pada semester kedua tahun ini. Proyeksi penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) tahunan akan menjadi yang terbesar dalam setidaknya 160 tahun terakhir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement