Selasa 26 May 2020 21:47 WIB

Laju Ekonomi India Q1-2020 Diprediksi Jadi yang Terlemah

Perpanjangan lockdown sampai akhir Mei diprediksi memicu resesi ekonomi India.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Fuji Pratiwi
Pekerja migran menunggu transportasi untuk perjalanan pulang di jalan raya di pinggiran Mumbai, India, pertengahan Mei 2020 lalu. Ribuan pekerja migran kembali ke desa mereka setelah pemerintah India mengumumkan masa perpanjangan lockdown hingga akhir Mei.
Foto: EPA-EFE / DIVYAKANT SOLANKI
Pekerja migran menunggu transportasi untuk perjalanan pulang di jalan raya di pinggiran Mumbai, India, pertengahan Mei 2020 lalu. Ribuan pekerja migran kembali ke desa mereka setelah pemerintah India mengumumkan masa perpanjangan lockdown hingga akhir Mei.

REPUBLIKA.CO.ID, BENGALURU – Ekonomi India kuartal pertama tahun ini (Q1-2020) diprediksi tumbuh dengan laju paling lambat dalam delapan tahun terakhir. Pembatasan aktivitas untuk menekan tingkat penyebaran virus corona baru (Covid-19) menjadi penyebab utamanya, menurut jajak pendapat Reuters.

India sebagai ekonomi terbesar ketiga di Asia mulai mengalami perlambatan tahun lalu. Tapi, penutupan aktivitas di seluruh negeri (lockdown) yang dilakukan Perdana Menteri Narendra Modi pada 25 Maret menghentikan aktivitas ekonomi sepenuhnya.

Baca Juga

Ekonom HSBC di Mumbai Aayushi Chaudhary mengatakan, kegiatan ekonomi India pada Januari dan Februari sebenarnya masih mengalami penguatan. "Tapi, perlambatan pada Maret kemungkinan besar mengimbangi penguatan tersebut," kata Chaudhary, seperti dilansir di Reuters, Selasa (26/5).

Jajak pendapat Reuters mengambil pandangan dari 52 ekonom yang dilakukan pada 20-25 Mei. Jajak pendapat menunjukkan, ekonomi India tumbuh sebesar 2,1 persen pada Maret lalu. Hal ini menjadi pertumbuhan terlemah sejak catatan yang dimulai pada awal 2012 dan jauh lebih lambat dari 4,7 persen pada kuartal sebelumnya.

Hanya enam ekonom dalam jajak pendapat yang memperkirakan ekonomi India kontraksi pada kuartal pertama. Prediksi ini seiring dengan indikator-indikator utama pada Maret yang sudah dirilis, menandakan pukulan signifikan terhadap PDB kuartal pertama.  

"Mengingat adanya kolaps yang belum pernah terjadi sebelumnya pada akhir Maret setelah lockdown dimulai, kami prediksi ekonomi India akan mengalami kontraksi pada kuartal lalu," ujar ekonom senior India di Capital Economics, Shilan Shah.

Kebijakan pembatasan aktivitas yang sudah berjalan lama, ditambah dengan keterbatasan bantuan keuangan dari pemerintah akan memperparah laju ekonomi India. Shah menjelaskan, perekonomian India akan mengalami kontraksi tahun ini untuk pertama kalinya dalam lebih dari empat dekade.

Sepanjang 2020, PDB India diprediksi berkisar antara 4,5 persen hingga -1,5 persen. Kondisi ini menggarisbawahi ketidakpastian yang meluas mengenai dampak virus corona terhadap ekonomi India.

Untuk menghadapi dampak pandemi, pemerintah telah meningkatkan stimulus fiskal dan moneter. Tapi, beberapa ekonom mengatakan, kebijakan paling tepat dan dibutuhkan masyarakat kini adalah meningkatkan ketersediaan kredit.

Kepala ekonom Asia di Pantheon Macroeconomics Freya Beamish mengatakan, paket stimulus terbaru pemerintah akan berfungsi untuk meredam dampak dalam jangka panjang dibandingkan memperbaiki permintaan dalam waktu dekat. "Perpanjangan lockdown sampai akhir Mei akan menjamin resesi ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Beamish.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement