Selasa 26 May 2020 13:15 WIB

Media Arab Saudi Kritik Sikap 'Mendua' Presiden Erdogan

Media Arab Saudi mengkritik Presiden Turki Erdogan terkait Palestina dan Israel

Rep: Arabnews/ Red: Elba Damhuri
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berbicara pada acara KL Summit 2019 di Kuala Lumpur, Malaysia, (19/12).
Foto: FAZRY ISMAIL/EPA-EFE
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berbicara pada acara KL Summit 2019 di Kuala Lumpur, Malaysia, (19/12).

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Media Arab Saudi mengkritik sikap Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan terkait Palestina dan Israel. Arabnews menulis 

Presiden Erdogan pada satu sisi mengulangi segala kecamannya atas pendudukan dan aneksasi Israel di Palestina. Namun, pada sisi lain, Erdogan mengizinkan maskapai penerbangan Israel, El Al, untuk melanjutkan penerbangan kargo antara Tel Aviv dan Istanbul.

Penerbangan semacam itu, tulis Arabnews, dalam 10 tahun pertama mendarat di Istanbul pada Ahad pagi (24 Mei). Tujuannya, untuk mengambil bantuan kemanusiaan dan peralatan pelindung bagi tim medis AS yang memerangi pandemi coronavirus.

Ketika pesawat mendarat, Erdogan mengirim pesan kepada Muslim AS menyatakan kembali dukungannya terhadap hak-hak Palestina di Yerusalem dan penolakannya terhadap penindasan Israel.

"Minggu lalu kami menyaksikan bahwa proyek pendudukan dan aneksasi baru, yang tidak menghormati kedaulatan Palestina dan hukum internasional, dilaksanakan oleh Israel," kata Erdogan.

"Saya ingin menegaskan kembali bahwa Al-Quds Al-Sharif, situs suci tiga agama dan kiblat pertama kami, adalah garis merah untuk semua Muslim di seluruh dunia."

Pemerintah persatuan baru Israel yang dipimpin oleh Benjamin Netanyahu dan Benny Gantz diperkirakan segera bergerak untuk mencaplok tanah Tepi Barat dan Lembah Jordan.

Seperti dilaporkan Arab News pada bulan ini, Turki saat ini dalam pembicaraan kontroversial dengan Israel mengenai perbatasan laut yang saling menguntungkan di Mediterania. 

"Erdogan berusaha melakukan tindakan penyeimbangan politik yang berisiko," kata para analis kepada Arab News.

"Saya pikir Turki berusaha untuk menciptakan hubungan ekonomi dengan Israel karena manfaat politik dari blokade dan isolasi telah melemah," kata Ryan Bohl, seorang analis Timur Tengah di perusahaan risiko geopolitik Stratfor.

Tetapi pada saat yang sama, mereka ingin mempertahankan beberapa tradisi simpati untuk Palestina tetap hidup bagi para pendukung yang tersisa yang masih menghargai masalah ini.

 

Link: https://www.arabnews.com/node/1680041/middle-east

 

sumber : Arabnews
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement