Ahad 24 May 2020 23:33 WIB

Kasih Sayang kepada Makhluk

Islam menganjurkan tebar kasih sayang kepada sesama makhluk Allah

akhlak (gambar ilustrasi)
Foto: pxhere
akhlak (gambar ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada suatu malam, ulama besar Imam Al-Ghazali bermimpi berdialog dengan Allah SWT. ''Dengan modal apa kamu datang menghadap-Ku,'' tanya Allah kepada Al-Ghazali. Lalu, Al-Ghazali dengan penuh percaya diri menyebutkan satu per satu amal bajik yang ia lakukan sepanjang hayatnya.

''Aku tidak menerima deretan amal bajikmu itu. Aku hanya mau menerima satu amalmu, yakni ketika kamu sedang menulis, seekor lalat masuk ke dalam tinta penamu untuk minum darinya. Lalu, kamu tinggalkan aktivitas menulismu itu sampai lalat itu mereguk puas tinta penamu,'' firman Allah.

Baca Juga

Demikianlah penggalan kisah yang dituturkan secara apik oleh Muhammad Nawawi ibn Umar al-Jawi dalam kitabnya, Nashaih al-'Ibad.

Kisah di atas mengajarkan kepada kita bahwa seorang hamba hanya akan diterima amal ibadahnya, bila ia sudah mampu mengejawantahkan rasa kasih dan sayangnya kepada semua makhluk. Betapapun kecil nilai makhluk tersebut.

Bukankah seekor lalat sangat kecil nilainya bagi manusia dibandingkan dengan haji ke Mekah bagi yang berkemampuan? Kasih sayang, rahmah, adalah cermin ketauhidan dan keimanan diri seseorang.

Tauhid dan iman belum diakui Allah bila hati kita belum mampu memancarkan cahaya welas asih, asah-asuh kepada sesama makhluk, utamanya sesama manusia. Ia juga kunci keselamatan diri seseorang dari jilatan api neraka dan 'jalan tol' menuju surga yang didamba tiap hamba.

Bukankah Rasulullah pernah memberi nasihat sebagai berikut? "Tidaklah beriman salah seorang di antara kamu, hingga ia betul-betul mencintai saudaranya seperti terhadap dirinya sendiri.''

sumber : Hikmah Republika oleh Andar Nubowo
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement