Ahad 24 May 2020 21:31 WIB

Tradisi Idul Fitri di Bandung Zoo Hilang Akibat Covid-19

Tradisi Idul Fitri di Bandung Zoo Hilang Akibat Pandemi Covid-19

Rep: ayobandung.com/ Red: ayobandung.com
 Tradisi Idul Fitri di Bandung Zoo Hilang Akibat Pandemi Covid-19
Tradisi Idul Fitri di Bandung Zoo Hilang Akibat Pandemi Covid-19

COBLONG, AYOBANDUNG.COM -- Nyaris seperti hutan belantara yang dipenuhi oleh hewan. Sepi, sesekali terdengar suara hewan penghuni hutan. Gambaran yang terasa di Bandung Zoo saat Idulfitri 1441 Hijriah.

Hanya satu dua orang keeper dan petugas yang terlihat di areal kebun binatang dengan nama lain. Berbeda dengan Idulfitri sebelumnya yang selalu ramai oleh pengunjung.

"Keadaannya seperti ini. Biasanya ramai oleh pengunjung," tutur Rohman Suryaman, seorang keeper senior di Bandung Zoo kepada Ayobandung, Minggu (24/5/2020).

Terasa aneh, demikian Rohman berucap. Banyak tradisi Idulfitri yang mendadak hilang akibat pandemi covid-19.

Dengan pengalaman bekerja selama 32 tahun, Rohman tahu betul keramaian selalu terjadi di Bandung Zoo saat Idulfitri.

Pesona satwa yang selalu menjadi hiburan pengunjung saat Idulfitri, tidak lagi digelar. Bandung Zoo memang ditutup sampai waktu belum ditentukan karena pandemi covid-19, sehingga tidak ada kegiatan apapun sebagai tontonan.

Bukan hanya berkaitan dengan satwa, tradisi lain juga turut hilang. Bandung Zoo kata Rohman, bukan hanya menjadi tempat wisata edukasi untuk mengenalkan aneka satwa kepada anak, namun jauh lebih dalam hubungan masyarakat dengan direnten saat Idulfitri.

"Ada semacam tradisi bagi orang-orang tertentu yang rutin mengunjungi Bandung Zoo," ucapnya.

Setiap lebaran, banyak orang yang menjadikan Bandung Zoo sebagai tempat silaturahim. Terutama warga daerah penyangga Kota Bandung, seperti warga Banjaran dan Majalaya Kabupaten Bandung yang rutin datang ke Direnten.

AYO BACA : Cerita Pengasuh Hewan Bandung Zoo saat Idulfitri dan Pandemi Covid-19

Bukan hanya untuk melihat satwa, tapi juga tempat bertemu dengan sanak keluarga jauh.

"Tradisinya mereka datang ke sini untuk bersilaturahim. Misalnya orang yang dari daerah tertentu yang janjian di sini setelah salat Id. Sambil ngabotram di bawah pohon. Setiap tahun banyak yang seperti itu," ungkapnya.

Kini tradisi bersilaturahim bagi warga di daerah tersebut hilang sudah.

Bukan hanya itu, di Bandung Zoo juga terdapat sejumlah makam yang berlokasi di dekat kantor pengelola.

Biasanya saat idulfitri keluarga keturunan pemilik makam selalu datang untuk berziarah. Sekarang tradisi tersebut juga lenyap, seiring Bandung Zoo yang ditutup karena pandemi covid-19.

"Dampaknya jelas terasa. Bagi warga luar juga terdampak, karena tidak bisa melakukan tradisi rutin tiap tahun. Bagi kami juga terdampak, karena tidak ada aktivitas wisata. Kalau seperti ini hingga beberapa bulan kedepan, khawatirnya satwa koleksi akan mati kelaparan. Satwa kan tidak bisa puasa seperti manusia saat ramadan," ujarnya.

Selama ini Bandung Zoo memungut retribusi kepada pengunjung. Hasilnya, bukan hanya untuk menggaji karyawan, tapi sebagian besar digunakan untuk membeli pakan satwa koleksi yang membutuhkan anggaran tidak sedikit.

Contohnya saja, di Bandung Zoo terdapat sedikitnya 13 ekor raja hujan, baik singa maupun harimau. Satu ekor singa saja, membutuhkan daging segar sebanyak 10 kg setiap harinya. Jika harga daging sapi Rp130.000/kg, maka butuh Rp1.300.000 untuk memberi makan satu ekor singa setiap harinya.

Dalam beberapa pekan ini, pengelola terpaksa menghemat, setiap singa hanya diberi makan sebanyak 8 kg daging.

"Inginnya pandemi segera berakhir. Penutupan kami juga salah satu bentuk dukungan dalam memutus mata rantai penyebaran covid-19 dengan tidak menambah orang berkerumun," ujarnya.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ayobandung.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ayobandung.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement