Senin 25 May 2020 09:30 WIB

Ajaibnya Lebaran di Kelurahan dengan Covid-19 Tertinggi

Banyak perilaku yang susah dipercaya di kelurahan dengan covid-19 tertinggi ini.

Ratna Puspita
Ratna Puspita

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Ratna Puspita*

Kelurahan Sunter Agung di Jakarta Utara merupakan daerah dengan kasus positif Covid-19 tertinggi. Berdasarkan peta kasus di laman corona.jakarta.go.id pada Ahad (24/5) hari ini, ada 143 kasus positif Covid-19 di wilayah tersebut.

Kelurahan Sunter Agung memang tidak dapat digeneralisir karena setiap wilayah tidak memiliki kesamaan pada sisi kepadatan, status sosial, dan tingkat ekonomi. Ada perumahan elite yang sudah menerapkan lockdown sejak Maret lalu karena ditemukan kasus positif Covid-19 di wilayah itu, ada yang tinggal di apartemen, dan ada warga yang tinggal di permukiman padat penduduk.

Lokasi yang ingin saya bagikan pada tulisan ini adalah salah satu rukun warga (RW) pada permukiman yang cukup padat. Di sini, ada banyak warga yang punya rumah sendiri dengan ukuran lebih dari 50 meter persegi. Namun, banyak pula warga pendatang yang mengontrak pada kamar-kamar sempit.

Ada satu kasus positif Covid-19 di wilayah ini yang ditemukan pada April lalu. Dari sisi kasus, RW ini lebih beruntung dibandingkan RW sebelah kiri yang lebih padat dengan kasus positif Covid-19 lebih banyak. Begitu pula dengan RW di sebelah kanan yang merupakan perumahan berpagar tinggi juga dengan kasus positif Covid-19 lebih banyak.

Pada malam takbiran Sabtu (23/5), saya mengira suasananya akan lebih sepi. Bagaimana tidak, RW ini berada di zona merah. Apalagi, sosialisasi tentang Covid-19 juga sudah gencar dilakukan sejak akhir Maret lalu.

Termasuk, ada pembentukan gugus tugas, pengumpulan donasi, hingga pembatasan mobilitas. Warga masih bergerak tapi diwajibkan mengenakan masker dan cuci tangan sebelum keluar permukiman.

Namun, dua bulan, atau secara resmi yang berlaku di pemerintah selama satu bulan, dalam pembatasan mobilitas mungkin membuat orang bosan. Lalu, ada tradisi yang tidak ingin ditinggalkan. Apalagi, kasus Covid-19 di daerah ini tidak bertambah sejak bulan lalu.

Karena itu, suara takbir masih menggema dari masjid. Orang-orang keluar rumah pada malam takbiran membuat suasana lebih ramai dibandingkan malam-malam sebelumnya selama Ramadhan. Suasana makin ramai juga karena banyak warga yang tidak bisa pulang kampung atau mudik pada Lebaran kali ini. Anak-anak dan remaja masih berkeliling menabuhkan bedug sembari melantangkan: Allahu Akbar Lailaha illallahu wallahu Akbar Allahu Akbar Walillahilham.

Pada pagi hari,  masjid juga menyelenggarakan sholat id berjamaah. Ini sudah menjadi kontroversi lantaran masjid di zona merah tidak disarankan untuk menggelar sholat berjamaah. Aparat pun mendatangi masjid, mencoba berdiskusi dan berbicara, tetapi masjid punya otonomi dan warga punya kebutuhan sholat di masjid.

Pada pagi pertama bulan Syawal 1441 Hijriah, sekitar pukul 06.00 WIB, orang-orang mengenakan pakaian rapi dan menenteng sajadah berjalan menuju masjid. Tidak seramai pada sholat id tahun-tahun sebelumnya, tapi jamaah luber hingga keluar masjid. Sebagian mengenakan masker, sebagian tidak mengenakan masker.

Khutbah Idul Fitri dari masjid terdengar lebih cepat dibandingkan khutbah-khutbah sholat Idul Fitri biasanya. Pukul 07.00 WIB, sholat Idul Fitri sudah selesai dilakukan. Biasanya, jamaah sholat bubar pukul 08.00 WIB.

Ada pula yang menaati anjuran pemerintah dengan memutuskan untuk sholat berjamaah di rumah. Anggota keluarga mengisi ruang tamu atau ruang lapang lainnya di dalam rumah untuk bisa menyapa pagi Idul Fitri dengan sujud ke hadapan Allah Swt.

Namun, baik mereka yang sholat di masjid atau sholat di rumah tetap melakukan kebiasaan silaturahim ke rumah tetangga. Sebagian berkumpul di jalan untuk memudahkan silaturahim antarwarga. Tanpa mengenakan masker, warga keluar rumah dan bersalam-salaman untuk mengucapkan selamat Hari Raya Idul Fitri serta meminta maaf.

Soal suasana, sama seperti halnya sholat Idul Fitri berjamaah, tidak seramai Idul Fitri tahun-tahun sebelumnya. Padahal, ada lebih banyak warga yang tidak mudik tahun ini. Sebagian warga mungkin memang ragu untuk tetap mempertahankan rutinitas pagi Idul Fitri.

Apapun pilihannya, baik mempertahankan rutinitas maupun menaati anjuran pemerintah, semoga kita semua tetap dalam lindungan Allah dan terhindar dari Covid-19.

*) penulis adalah jurnalis republika.co.id

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement